'Game of Thrones' Musim 8 Eps 5: King's Landing Lautan Api

'Game of Thrones' Musim 8 Eps 5: King's Landing Lautan Api

Candra Aditya - detikHot
Senin, 13 Mei 2019 15:49 WIB
Foto: Dok. HBO
Jakarta -

PERHATIAN: SPOILER
Banyak hal terjadi dalam episode kelima musim terakhir 'Game of Thrones' yang diberi judul 'The Bells'. Ada suka tapi sepertinya lebih banyak duka. Jika Anda menonton episode sebelumnya, pasti Anda tahu bahwa kematian Missandei akan memberikan efek yang tidak menyenangkan kepada Daenerys. Dan episode ini adalah hasilnya.

Ditulis oleh D. B. Weiss dan David Benioff, episode ini kembali disutradarai oleh Miguel Sapochnik yang telah mengantarkan kita pada berbagai peperangan yang memuaskan seperti yang terjadi di Battle of the Bastards, battle di episode Hardhome dan tentu saja kemenangan Arya Stark melawan Night King di Battle of the Winterfell. Berbeda dengan episode ketiga yang banyak orang protes visualnya terlalu gelap, peperangan kali ini terjadi di siang hari dengan matahari menyala dan api dari mulut Drogon menyala-nyala.

Episode ini dibuka dengan pengkhianatan Varys terhadap Daenerys. Tidak seperti Tyrion yang setia kepada Daenerys, Varys memutuskan untuk mencoba memberi tahu orang bahwa Daenerys bukanlah pewaris tahta yang sah. Pemilik tahta yang sah adalah Jon Snow. Dan atas hal ini Varys mendapatkan ganjarannya. Sebelum menemui ajal, dia sempat berkomunikasi dengan Tyrion. Momen ketika Varys mengatakan, "Selamat jalan, teman lamaku," kepada Tyrion adalah awal dari kesedihan yang akan mewarnai episode ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Varys mungkin berkhianat, tapi dia tidak sepenuhnya salah. Daenerys yang sekarang bukan Daenerys yang dulu. Dengan kekuatan yang ia punyai, rasa kehilangan yang bertubi-tubi (Jorah meninggal dunia, Missandei di-eksekusi Cersei), Daenerys berubah menjadi seperti ayahnya, The Mad King. Bahkan Jon Snow tidak bisa membuat Daenerys lunak. Daenerys masih menganggap apa yang Jon Snow lakukan ke dirinya (memberi tahu bahwa dia adalah Aegon Targaryen ke Sansa dan Arya) adalah pengkhianatan

Tyrion sebagai tangan kanan Daenerys mencoba keras untuk membujuk Daenerys agar tidak membakar King's Landing keesokan harinya. Terlalu banyak rakyat yang tidak berdosa yang akan menjadi korban jika Daenerys melakukannya. Tapi tekad Daenerys sudah bulat. Dia akan membakar King's Landing esok. Dan Tyrion diberi informasi kecil bahwa Daenerys menawan Jaime Lannister.


Dan Tyrion yang masih berharap bahwa tidak banyak nyawa yang tidak bersalah berguguran melepaskan Jaime Lannister. Rencananya memang sangat naif. Dia melepaskan Jaime dengan harapan dia akan membujuk Cersei untuk menyerah keesokan harinya sehingga Daenerys tidak membakar King's Landing. Pengkhianatan ini sepertinya akan mendapatkan ganjaran dari Daenerys di episode berikutnya.

Dan esok pun tiba. Daenerys datang dengan gagahnya mengendarai drogon. Semua tentara Cersei, The Golden Company, pasukan Euron Greyjoy semuanya terbakar dengan mudah. Unsullied dan sisa-sisa Dothraki yang selamat dari Battle of Winterfell menyusup masuk ke dalam King's Landing dengan mudah. Jaime berusaha masuk ke dalam istana namun susah karena banyaknya warga yang mencoba melarikan diri.

Ketika akhirnya semuanya udah terkonfirmasi bahwa Cersei akan kalah, bahkan tentara Cersei sudah meletakkan pedang mereka di tanah, 'Game of Thrones' menjadi sangat hening. Kita menyaksikan muka Cersei yang mencoba menahan semua emosinya karena nasibnya sudah berada di ujung tanduk. Kita melihat Tyrion menatap Daenerys yang sedang duduk di atas naga, terlihat sangat berkuasa layaknya Tuhan. Kita melihat Daenerys yang sedang menunggu apakah King's Landing akan menyerah. Semua itu diwarnai dengan backsound semua warga King's Landing yang berteriak-teriak untuk membunyikan bel bahwa mereka sudah menyerah.

Dan bel akhirnya berbunyi. Untuk beberapa saat, sepertinya keadaan akan aman. Tatapan Tyrion nampaknya sangat lega. Kemudian kita melihat wajah Daenerys. Dan saat dia melihat istana, sesuatu berkecamuk di dalamnya dan api menguasainya. Dia memutuskan untuk terbang membawa Drogon dan membakar semuanya. Dan saat itulah Daenerys bertransformasi 100% menjadi The Mad Queen.


Sungguh pilu menyaksikan perjalanan seorang gadis muda lugu yang berjuang mendapatkan haknya, pelan-pelan mengumpulkan pasukan dan kekuatan akhirnya berakhir menjadi seorang pemimpin yang tak ada bedanya dengan bapaknya. Raja yang dikudeta oleh rakyatnya sendiri karena dia sudah semena-mena.

Keadaan King's Landing benar-benar membara. Kita melihat bagaimana Jon Snow mencoba untuk menyelamatkan sebanyak mungkin tentara/rakyat King's Landing dari serangan Unsullied/Dothraki atau bara api dari Drogon. Kita melihat bagaimana wajah Tyrion yang sangat shock melihat si Ratu ternyata tidak seperti yang dia harapkan. Kita melihat Jaime Lannister makin kesusahan untuk menyusul Cersei. Kita melihat Arya yang akhirnya dipaksa untuk berpisah dengan The Hound karena kalau dia bertahan, dia akan mati.

Miguel Sapochik melukis sekuens ini dengan intensitas yang sungguh tak terkira. Kita sudah melihat begitu banyak perang di Game of Thrones tapi baru di kali ini kita mendapatkan perspektif dari warga-warga yang tidak berdosa. Bagaimana perempuan, anak kecil dan orang-orang tua akhirnya menjadi korban dari kekejaman pemimpin. Bagaimana semuanya hanya bisa menangis tidak berdaya ketika api melahap semuanya.

Episode ini bisa menjadi salah satu episode 'Game of Thrones' yang terbaik kalau saja penulisnya mau agak sedikit bersabar untuk memberikan penonton waktu. Konsep bahwa seorang Daenerys Targaryen akhirnya menjadi The Mad Queen sebenarnya tidak jelek. Tapi karena musim ketujuh dan musim ini mereka memotong episode dan kita sebagai penonton sudah biasa dengan tempo 'Game of Thrones' yang agak lebih sabar, development karakter yang ada dalam episode ini menjadi terasa janggal. Yang akhirnya berpengaruh terhadap battle atau beberapa kematian yang terjadi dalam episode ini.

Battle antara The Hound dan The Mountain sudah lama kita inginkan. Namun ternyata ketika adegan tersebut terjadi, banyak penonton akan merasa tidak ikut secara emosional. Ini karena perjalanan menuju adegan tersebut terasa sangat singkat. Begitu juga dengan battle antara Jaime dan Euron. Meskipun staging adegannya cukup mengesankan. Tapi efeknya tidak sefenomenal adegan-adegan battle yang ada di episode-episode 'Game of Thrones' sebelumnya.

Yang paling menggelikan adalah kematian Cersei dan Jaime Lannister. Keduanya, arguably, adalah salah satu karakter Game of Thrones yang paling apik perjalanannya. Penonton bisa benci setengah mati dengan keduanya namun Anda tak bisa menyangkal bahwa mereka sangat asyik untuk dilihat. Sayangnya, D. B. Weiss dan David Benioff sepertinya tidak tahu apa yang harus mereka lakukan dengan kedua karakter ini, terutama Cersei, sehingga endingnya jadi terasa begitu hambar. Ada begitu banyak gambaran yang lebih memuaskan daripada Jaime dan Cersei mati di bawah reruntuhan istana King's Landing. Entah kenapa menyaksikan keduanya mati rasanya begitu hampa.


Berbeda dengan mereka berdua, perjalanan Arya Stark di King's Landing terasa lebih emosional meskipun dia jarang sekali mengucapkan dialog. Perjalanan Arya untuk meninggalkan King's Landing di tengah teror yang sedang terjadi membuat kita tersadar betapa serius kekacauan yang dibuat oleh Daenerys kali ini. Betapa banyaknya korban tidak bersalah yang berjatuhan karena Daenerys sedang 'tidak waras'. Melihat Arya berkali-kali harus berhadapan dengan maut adalah salah satu momen emosional terkuat dalam episode ini.

Ketika episode ini berakhir dan menyisakan satu lagi episode 'Game of Thrones' sebelum akhirnya serial ini meninggalkan kita, saya tidak habis berfikir bahwa meskipun musim ini secara character development sama sekali tidak memuaskan, para pemain Game of Thrones justru semakin bersinar. Peter Dinklage bisa menunjukkan kesedihan tanpa berkata-kata. Lena Headey bisa menampilkan Cersei Lannister yang tidak ada harapan hanya dengan satu tatapan. Dan Maisie Williams makin menunjukkan betapa naturalnya dia sebagai aktor.

Tapi tentu saja highlight episode ini adalah Emilia Clarke. Emilia Clarke entah kenapa bisa menunjukkan berbagai macam emosi, amarah dan kesedihan pada saat yang bersamaan, meskipun karakternya kurang development. Bayangkan apa yang bisa dia lakukan kalau kita mendapatkan 10 episode per musim. Mungkin transformasi Daenerys menjadi gila akan menjadi salah satu pengalaman yang tak terlupakan.

Apakah Daenerys akan menjadi ratu dan motto 'breaking the chains' akan menjadi omong kosong? Ataukah Jon Snow akhirnya bangkit dan melawan si Ratu? Dan siapa yang akan duduk di Iron Throne? Kita tunggu saja jawabannya minggu depan.

BEST PLAYER OF THE WEEK: Tidak ada
WORST PLAYER OF THE WEEK: Daenerys Targaryen
THE SADDEST MOMENT OF THE WEEK: Ribuan warga King's Landing meninggal dunia
THE BEST FIGHT OF THE DEATH: The Hound vs. The Mountain
THE MOST DISAPPOINTING FIGHT OF THE WEEK: Jaime Lannister vs. Euron Greyjoy
REST IN PEACE
Cersei Lannister, Jaime Lannister, The Hound, The Mountain, Qyburn, Euron Greyjoy, Lord Varys, ribuan warga King's Landing

(doc/doc)

Hide Ads