Teater Koma Pentas Lagi

Teater Koma Pentas Lagi

- detikHot
Kamis, 17 Feb 2005 12:30 WIB
Jakarta - Sukses mementaskan Republik Togog yang banyak dicari orang, Teater Koma akan kembali naik panggung. Maaf.Maaf.Maaf akan digelar pada 2-15 Maret 2005 di Graha Bhakti Budaya.Bagi yang pernah mengalami tahun 1978, cerita yang mengangkat politik cinta Dasamuka ini sudah sempat dipentaskan. Namun, parodi yang menyindir kekuasaan ini malah terkenal pencekalan oleh penguasa saat itu. Itulah kisah pencekalan pertama pentas Teater Koma.Setelah 26 tahun berlalu, dimasa kebebasan bepikir, Teater Koma kembali mementaskan kisah lakon Dasamuka. Dalam pementasan ke-105 ini, Maaf.Maaf.Maaf didukung tiga aktor yang juga memainkan peran sama pada 1978. Syeful Anwar sebagai Kaisar Dasamuka, Embie C. Noer sebagai Dalang dan Priyo S. Wienardi sebagai Bandem Prahasta. Para pemain yang ikut memperkuat lakon antara lain Ratna Riantiarno, Sari Madjid, Budi Ros, Cornelia Agatha, Dudung Hadi, Alex Fatahillah, Emannuel Handoyo, Dorias Pribadi, Anneke Sihombing, Sriyatun Arifin, Tuti Hartati dan Paulus Simangunsong.Mengingat setiap pementasan Teater Koma selalu menjadi incaran banyak orang, jangan berharap mendapat karcis pada saat hari pementasan berlangsung. Dengan variasa harga tiket mulai dari Rp 75 ribu, Rp 50 ribu hingga Rp 25 ribu, tiket dapat dipesan di kantor Teater Koma.Sinopsi Maaf.Maaf.Maaf.Alkisah, ada satu keluarga yang hidup tenang di sebuah istana. Tapi pada suatu hari, Ario (kepala keluarga itu) merasa dirinya Kaisar Dasamuka. Maka, ketenangan pun berubah menjadi kegelisahan. Ario duduk di tahta, berperilaku persis Dasamuka, 'menjalankan roda pemerintahan' dan menyebut anggota keluarga dengan nama-nama wayang. Isterinya disebut Dewi Sinta, adiknya disebut Sarpakanaka, pengasuhnya sejak bayi direkrut jadi Tukang Sihir Istana dan kepala pembantu dianggap sebagai Patih Bandem Prahasta. Putra sulungnya mendapat peran pula, Gunawan Wibisana. Dan si putri bungsu jadi Trijata. Kaisar Dasamuka tergolong penguasa yang gemar bikin proyek-proyek, yang katanya, diniatkan demi kesejahteraan rakyat jelata. Salah satu proyek utamanya adalah MCK (Mandi-Cuci-Kakus) Center. Dia juga membentuk Lembaga Marah Dasamuka yang bertugas menyensor kemarahan agar tak mengganggu stabilitas keamanan dan kekuasaan Kaisar. Tapi pembangkangan timbul di mana-mana, bagai jerawat tumbuh di wajah para remaja. Dasamuka sangat prihatin.Pada suatu hari, datang dua petugas museum berniat mensurvei istana Ario yang antik dan bersejarah. Ario menangkap kedua petugas itu, karena dianggap sebagai Hanoman dan Hanggada. Dalam kisah Ramayana, Hanoman adalah utusan Ramawijaya. Dia bertugas menyelidiki, apakah Dewi Sinta masih suci dan setia kepada sang suami atau sudah ternoda oleh si penculiknya, Dasamuka. Hanoman dibakar di alun-alun. Tapi kera sakti itu tak mempan api. Dia malah menyulut huru-hara dan membakar istana Dasamuka. Ario ingin mewujudkan alur pakem kisah. Jadi, Hanoman harus dibakar, kemudian membakar istana! Artinya, rumah Ario-lah yang harus dilahap api! Nampaknya, 'sandiwara' mulai melangkah ke arah adegan yang berbahaya. Lalu anggota keluarga sepakat untuk mengakhiri 'kegilaan' Ario. Maka, pada suatu hari, dengan bujukan manis, Ario dibawa ke Rumah Sakit Jiwa. Tangis keluarga meledak saat Ario berteriak-teriak, "Et tu Bandem Prahasta? Tolong! Kaisar Dasamuka dikelilingi orang-orang gila!" Impian mungkin nikmat dan sering membikin lena. Tapi jika lepas kendali, langkah maju bisa tersesat. Ario hanya sebuah cermin. Ya, cermin. Tapi, sudikah bercermin? Ya, sudikah? (ana/)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads