Pandemi sudah berlalu. Sebagian besar masyarakat tak lagi mengenakan masker di wajahnya dan bisa beraktivitas normal seperti tiga tahun lalu namun peristiwa tak biasa dalam pandemi dicatat oleh seniman asal Yogyakarta Nindityo Adipurnomo dengan cara tak biasa.
Pria yang akrab disapa Nindit membuat sejumlah karya seni seperti kolase, video art, lukisan sampai karya seni instalasi untuk berbicara mengenai pandemi. Karya-karyanya kini tengah dipamerkan di D'Gallerie Jakarta, kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Pendiri Rumah Seni Cemeti yang dikenal sebagai pionir seni rupa kontemporer di Indonesia menceritakan mengenai beragam hal yang disebutnya sebagai gestur.
"Lebih dari 15 tahun saya bekerja dengan pendekatan project, setiap persoalan yang saya dekati yang rumit dan tidak menarik, sejauh menjadi inspirasi akan saya dekati secara personal. Dari sana, muncul analisa-analisa saya. Saat pandemi, analisa saya adalah soal masker," ungkap Nindit ketika diwawancarai detikcom.
Suami dari Mella Jaarsma itu mengatakan saat pandemi ada banyak beragam gestur dari perilaku kita sebagai individu maupun warga negara.
"Gestur itu saya amati sangat beragam dan pada umumnya saya akhirnya membuat karya, dengan pengaruh dari dinamika sosial politik yang menentukan seseorang," tutur Nindit.
Dari masker itulah, ia menjadikannya material atau bahan dalam membuat karya maupun cara untuk menerjemahkan berbagai hal yang terjadi.
"Sebenarnya saya mau bicara soal pandemi bukan perdebatan tentang vaksin dan lain-lain ya. Ada gestur sosial politik dari pandemi," sambungnya.
Di bagian awal pintu masuk pameran, masker berwarna-warni yang berada di atas kanvas menjadi pembuka. Melalui Suara Masker (2021) pencinta seni diajak untuk bertualang menyelami aneka pemikiran Nindityo Adipurnomo kala pandemi.
Di bagian kanan ada video art Rhinolophus Sinicus dan simbol konde di bagian mulut. Konde yang selama ini menjadi ciri khasnya dalam berkarya dibuat bak masker yang dipakai sehari-hari ketika pandemi.
Tak berhenti sampai di situ saja, Nindityo Adipurnomo juga menampilkan teknik gouache dengan tinta, akrilik atau arang di atas kertas yang berjudul Celah dalam Jargon 'Work from Home' (2021). Ada juga karya seni instalasi Lenguh Para Fasis (2021-2022) yang terdiri dari empat toa pelantang suara yang ujungnya disumbat jahitan masker.
Nama Nindityo Adipurnomo bukan sembarang seniman biasa. Lahir pada 24 Juni 1961 di Semarang, Jawa Tengah, Nindityo menjalani pendidikan seni di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta. Selama 1986-1987, Nindityo juga mendapat ilmu seni di State Academy of Fine Arts, Amsterdam di Belanda.
Dia juga beberapa kali mengikuti residensi dan workshop di antaranya adalah residensi di Bute Town Studio - The Visiting Art di Cardiff, Wales (1999), residensi di Fukuoka Asian Art Museum for the 2nd Fukuoka Triennale di Jepang (2002), residensi di studio Joo Chiat Road 106-Lassale College of the Art_ Singapore (2004), Hong Kong International Artists Workshop_Kowloon di Hong Kong (2005), dan residensi di Amsterdam Graphic Studio AGA" di Amsterdam, Belanda (2006). Pada 1998, Nindityo terlibat dalam proses pendirian Galeri Cemeti bersama istrinya, Mella Jaarsma.
Simak Video "Video: Potret Busana Pernikahan Jeff Bezos dan Lauren Sanchez di Italia"
(tia/pus)