Kim Sae Byoul tak menyangka profesinya sebagai pembersih trauma menjadi populer berkat drakor Move to Heaven. Padahal profesi tersebut terbilang unik dan mungkin menjadi satu-satunya di dunia.
Setelah kesuksesan drakor yang ceritanya humanis itu resmi tayang di Netflix dan menjadi viral, pendiri perusahaan BioHazard itu mengaku tak menyadari kepopulerannya.
"Sebenarnya, agak sulit untuk menyadari popularitas series tersebut di Korea. Saya hanya bisa bersyukur untuk melihat permintaan wawancara dari luar negeri," kata Kim Sae Byoul kepada detikcom.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di Indonesia, buku Things Left Behind baru saja terbit di penghujung 2021. Buku itu menceritakan sekumpulan esai yang ditulisnya usai membersihkan barang-barang peninggalan orang yang meninggal di Korea Selatan.
Tulisan itu awalnya terbit di negeri Ginseng dan mendapatkan sambutan yang hangat. Dari buku tersebut, ceritanya menginspirasi drakor Move to Heaven yang populer di Netflix.
Saat ini, Kim Sae Byoul masih menulis buku sekuel dari Things Left Behind. Namun, dia mengaku belum bisa membocorkan prosesnya.
"Saya hanya ingin bercerita tentang kematian dari sudut pandang yang sedikit berbeda dari sebelumnya, tapi saya pun khawatir apakah saya bisa menulisnya dengan baik," katanya.
Menurut penuturannya, berprofesi sebagai pembersih jasa trauma bermula ketika dia melihat pengurus makam yang membantunya di pemakaman temannya ketika kecil. "Saya memutuskan untuk menjadi guru pemakaman dan bekerja dengan profesi tersebut selama hampir 10 tahun lamanya," ungkapnya via surel.
Lewat buku maupun cerita-cerita di balik kematian yang ditulis Kim Sae Byoul, dia ingin kisahnya diingat oleh pembaca seluruh dunia.
"Tetap baik untuk dilupakan lalu disambut. Saya berharap kematian saya dan kematian anak-anak saya akan seperti itu," pungkasnya.
(tia/dal)