Fenomena mural-mural di kota-kota besar Indonesia yang dihapus aparat menjadi peristiwa yang tak mengenakkan bagi para seniman. Komunitas pegiat grafiti asal Tangerang, Halfway Street Connection atau HSC Forum, pun menanggapi hal tersebut.
"Kami dari HSC Forum melihat ini adalah sebuah tindakan spontan dari apa yang sudah aparat lakukan," tutur anggota HSC Forum, Ohaiyoh, ketika mengobrol dengan detikcom, belum lama ini.
Gerakan masif tersebut, lanjut Ohaiyoh, tidak ada yang mengajak dan mengorganisir. Semua aktivitas itu dilakukan secara spontan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini adalah tindakan dari para seniman, bagaimana kami para seniman itu seharusnya bebas mengekspresikan keadaan dalam berkesenian, bukan malah dibungkam," tutur Ohaiyoh.
"Karena bagi kami, kami merasa dibatasi dengan tindakan aparat seperti ini dengan menghapus setiap mural-mural yang ada," tambahnya lagi.
Mural penuh muatan kritikan sosial, politik, dan kondisi sekitar yang ada di masyarakat, menurut Ohaiyoh, tetap bakal ada.
"Karena dari zaman dahulu pun sudah ada, jadi nggak akan mereda. Mungkin akan terlihat biasa aja ketika media tidak membesar-besarkannya," sambungnya lagi.
![]() |
Untuk tindakan represif penghapusan mural, bagi pegiat grafiti di HSC Forum adalah hal yang biasa.
Setiap saat ketika mereka berkarya di dinding-dingding jalanan, Satpol PP maupun 'tim oren' juga sering menghapus karya yang ada di jalanan Ibu Kota.
Baca juga: Di Balik Cerita 'Tuhan Aku Lapar' |
"Bedanya ini dilakukan Satpol PP dan aparat kepolisian aja," lanjut Ohaiyoh.
Halfway Street Connection atau disingkat HSC Forum merupakan komunitas yang menjadi wadah untuk teman-teman seniman yang menggeluti dunia seni khususnya street art sejak tahun 2017.
Setelah penghapusan mural 'Tuhan Aku Lapar', HSC Forum tetap akan berkarya di berbagai lokasi yang ada.
"Kami nggak akan berhenti, kami sebagai seniman tetap akan berkarya dengan cara kami mengikuti dan menanggapi keadaan lingkungan yang ada," pungkasnya.
Simak artikel berikutnya!
(tia/dar)