Berkesempatan jadi sutradara adalah impian Dian Sastrowrdoyo sejak lama. Ia kini baru saja merilis karya filmnya berjudul Nougat yang jadi bagian omnibus dalam film Quarantine Tales.
Film tersebut dapat disaksikan di Bioskop Online dan jadi bagian dari 4 film lain dari 4 sutradara berbeda.
Menjadi sutradara bukan hal yang tiba-tiba bagi Dian Sastrowardoyo. Dian mengatakan dirinya sebenarnya sudah ingin berkecimpung di balik layar menyutradarai film sejak ia masih SMA.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Awal banget gue masuk ke perfilman itu tahun '99. Zaman itu gue lagi pacaran sama sutradara video klip yang membuat gue jadi suka nonton film. Di situ pas sebelum masuk ke (film) Bintang Jatuh, gue itu sebenarnya mau jadi sutradara juga. Terus terang lihat cowok gue itu, gue kayak 'belagu banget sih lo jadi sutradara, gue juga bisa', gitu," ungkap Dian dalam wawancara via zoom belum lama ini.
Dalam proyek film Bintang Jatuh yang rilis di tahun 2000 dan disutradarai oleh Rudi Soedjarwo, Dian Sastro mengatakan dirinya sebenarnya tak mengincar menjadi pemain di depan kamera.
"Pas gue masuk Bintang Jatuh itu, gue ngelamarnya mau jadi asstrada Rudi Soejarwo. Cuma asstrada itu sudah tiga (di film itu) dan yang justru nggak ada itu pemainnya yang jadi Donna itu. Akhirnya sejak itu gue kecebur jadi pemain," kenang Dian.
Meski menikmati menjadi bintang layar lebar, namun Dian diam-diam sempat menyerah dengan karier dan perfilman Tanah Air. Sebelum akhirnya pemerintah mencabut industri perfilman dikeluarkan dari Daftar Negatif Investasi (DNI) di 2016, perfilman Indonesia dirasakan Dian berjalan di situ-situ saja.
"Nah pas 2006 gue sempat terpikir kalau sudah kali ya film Indonesia, industrinya belum ada perkembangan, terus gue makin nggak happy. Gue hengkang saja deh, pindah industri. Jadilah gue cewek kantoran, untung gue sempat lulusin itu kuliah, bawa-bawa ijazah, lamar-lamar kerjaan. Gue kerja di konsultan," urai perempuan yang juga pernah memerankan biopik Kartini ini.
![]() |
Dian sempat bekerja kantoran sekaligus melanjutkan kuliah S2 mengambil jurusan Bisnis. Harapan industri film Indonesia makin besar usai sektor perfilman terbuka bagi penanaman modal asing, Dian akhirnya tertarik untuk kembali ke dunia film.
"Pas balik ke film industri ini sudah beda dari yang dulu, sudah ada investasi luar, Netflix mau masuk, bioskop nggak cuma XXI doang. Jadi tiba-tiba sebagai industri gue bilang oh ini sudah jadi penggerak ekonomi nih, zaman gue tahun 2000-an dulu ini cuma kayak efek samping dari perekonomian Indonesia, tapi belum jadi industri kayak sekarang. Akhirnya gue bilang, gue harus jadi bagian dari ini dan mulai main beberapa film," kisahnya.
Pertemuannya dengan Shanty Harmayn dari BASE Entertainment membuka jalan bagi Dian Sastrowardoyo untuk ambil bagian secara lebih di industri perfilman. Track recordnya yang pernah bekerja kantoran membuat Dian dipercaya untuk berkecimpung di balik layar. Mulai dari jadi produser di Guru-Guru Gokil hingga kini menyutradarai film di omnibus Quarantine Tales.
"Ngobrol sama Mba Shanty sudah mulai nyambung. Kata Mba Shanty gue senang nih Dian, 'ngobrol sama lo sekarang beda, kalau sudah pernah jadi jongos kan sudah siap mentalnya diminta senior, berani repot, berani begadang gitu'," kata Dian meniru obrolannya dengan Shanty Harmayn yang juga memproduseri Perempuan Tanah Jahanam.
"Beda banget pas zaman dulu gue jadi artis, kita biasa diservis orang. Nah kalau kita jadi jongos, kita nyervis klien kan. Jadi kayak sudah pernah kerja, berani repot, Mba Shanty berani kasih tanggung jawab untuk producing itu tadi. Mungkin kalau gue nggak pernah berhenti 6 tahun dari film, gue nggak akan pernah dapat kesempatan jadi produser sih," terang Dian lagi.
(doc/mau)