Ada banyak hal yang menjadi ide mengiringi pengembangan film Story of Kale. Momen pandemi ini turut ambil bagian.
Hal ini berkonsep dari kisah tentang Kale dan sang kekasih yang menjadi pusat ceritanya. Drama yang bergulir di antara mereka menjadi cermin tentang bagaimana sebuah hubungan berjalan di antara banyak pasangan.
"Pandemi kan menjadi ruang bagi kita untuk merefleksikan diri kita bahwa apakah kita benar-benar content dengan pasangan, dengan lingkungan, dengan diri sendiri, dan itu jadi momen di mana hal itu penting dibicarakan," ungkap M Irfan Ramli.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Di Balik Cerita Story of Kale |
Selain tentang asmara di antara dua karakter, film ini juga mengangkat tema besar lain yakni tentang hubungan tak sehat atau toxic relationship. Irfan pun memaparkan tentang pendapatnya mengenai bagaimana sebuah hubungan semestinya dijalani.
"Seseorang itu harus dealing dengan dirinya, dengan orang lain, tapi dalam proses dealing itu, dia harus menentukan posisi yang equal. Jadi maksudnya ya tidak merugikan orang lain, tidak merugikan dirinya juga," urai M Irfan Ramli.
![]() |
Sebuah konsep bagaimana alur film ini berjalan pun direncanakan. Sutradara Angga Sasongko bekerja sama dengan Irfan dalam proses pengembangan naskah untuk merespons situasi pandemi saat ini yang membuat eksplorasi terhadap ruang-ruang menjadi terbatas.
Baca juga: Story of Kale Auto Bikin Patah Hati |
Keterbatasan itu kemudian juga diangkat ke dalam latar atau set pengambilan gambar dalam Story of Kale. Bagi Irfan pribadi, pengalaman membuat naskah film ini pun kemudian menjadi pengalaman paling berbeda dari film-film sebelumnya.
"Filmnya kan constantly cuma dua orang, terjebak di satu ruangan dengan sebuah keadaan gitu yang coba disampaikan sedemikian rupa untuk punya sense entertainnya dst. Saya belum pernah nulis film, kategori sepanjang ini dengan scene yang cukup sedikit dibanding biasanya. Sangat dikit jumlah scenenya," tutur Irfan.
(doc/tia)