Sebelum Dilan, Fajar Bustomi pernah menyutradarai drama lain berjudul Surat Kecil untuk Tuhan. Drama tersebut diadaptasi pula dari novel berjudul sama karya Agnes Davonar.
Sama-sama membawa genre drama, namun Surat Kecil untuk Tuhan tak memperoleh sebanding dengan Dilan. Film yang dirilis di 2017 ini mengangkat kisah tentang pencarian seorang perempuan yang mencari saudaranya yang terpisah saat mereka pernah hidup sebagai anak jalanan.
Ketimbang Dilan, jumlah penonton film tersebut berbeda jauh. Surat Kecil untuk Tuhan (SKUT) sampai di angka 700 ribu untuk jumlah penonton.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Fajar Bustomi tak menampik dirinya sempat kecewa dengan pencapaian angka tersebut. Disinggung soal penonton Indonesia tak menyukai kisah filmnya yang sarat dengan pesan moral tentang anak-anak, Fajar Bustomi memberi tanggapannya.
"Ada film yang enak ditonton berulang-ulang. Kayak Dilan yang pertama itu ditonton berulang-ulang, karena akhirnya happy ending. Nah Dilan yang kedua itu, Milea dan Dilan-nya putus, makanya orang nggak mau nonton lagi. Nah Surat Kecil untuk Tuhan itu bukan didesain untuk film komersil," ungkap Fajar.
Di sisi lain durasi yang cukup panjang juga mempengaruhi kesempatan film ini ditayangkan oleh bioskop. Film tersebut berdurasi 2 jam.
![]() |
"Bioskop akhirnya ngurangin dari yang tadinya satu film bisa dapet 5 jam tayang dalam sehari, ini jadi 4 show aja. Kebanyakan mereka ingin nonton tapi karena berkurang jadwal tayangnya jadinya nggak jadi dan pindah ke studio sebelah (film lain)" urai Fajar Bustomi.
Meski begitu, gaung film ini bukan berarti tak ada sama sekali. Fajar Bustomi mengenang bagaimana Surat Kecil untuk Tuhan mempengaruhi pandangan banyak pihak yang sudah menyaksikannya.
"Saya banyak dapet DM yang bilang film ini mengubah pandangan tentang sosok anak-anak jalanan. Buat saya pribadi, ibu saya pun mengapresiasi film ini dan bilang ceritanya sukses bikin keluar air mata. Lewat film itu saya memang ingin orang-orang lebih memperhatikan anak-anak jalanan," tuturnya.
(doc/aay)