Dalam film Mudik, Ibnu Jamil dituntut melakukan adegan menyetir dalam waktu yang lama. Hal ini menyesuaikan kisah dua tokoh utamanya yang melakukan perjalanan dari Jakarta ke Jogja.
"Buat gue, gue sebenernya emang suka nyetir. Nggak tahu kenapa. Tapi di sini emang jadi lebih sulit karena mobil yang kita kemudikan itu kan dipasang alat-alat berat, termasuk kamera dan sebagainya," ungkap Ibnu Jamil.
Meski sulit karena membuat kapasitas mobil jadi lebih berat, namun hal itu tak menjadi tantangan tersulit yang mesti dijalani Ibnu Jamil.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bagi Ibnu melakoni adegan perdebatan dengan lawan mainnya, Putri Ayudya, menjadi kesulitan tersendiri.
"Debat itu cukup sulit sih. Karena harus menjaga emosinya sama, terus menentukan di bagian mana gue bisa motong dialog lawan main, itu sih yang sulit," ungkap Ibnu.
Dirinya pun melakukan banyak diskusi dengan sutradara Adriyanto Dewo sepanjang melakukan adegan-adegan perdebatan semacam itu. Secara emosional, adegan berdebat dalam film ini menjadi hal yang cukup membuat Ibnu kelelahan.
"Debat itu jadi salah satu hal yang sulit. Scene-scene debat itu salah satu yang menyita energi," ungkap Ibnu lagi.
Syuting film ini dilakukan di momen puasa jelang lebaran tahun 2018. Adriyanto Dewo menampilkan suasana mudik sungguhan dengan melakukan syuting film ini di sepanjang jalur mudik yang ramai dilalui banyak orang tiap pulang kampung jelang lebaran.
Bagi sang sutradara, Mudik punya kesan tersendiri. Adriyanto Dewo yang juga menulis skenarionya berkaca dari momen mudik yang ia saksikan sendiri tiap tahunnya sejak ia kecil.
"Gue dulu sering perhatiin orang-orang yang mudik di jalur Kalimalang tempat dulu gue sempat tinggal. Dari situ gue kembangin ceritanya jadi seperti sekarang. Mudik nggak hanya sekadar mudik juga kan, ada cerita sendiri di baliknya," tukas Adriyanto Dewo.
(doc/tia)