Penulis novel Lasmi, Falen Zaman, menegaskan bukunya bukan hanya menjual kisah hidup yang horor tapi berbeda.
"Kisah hidupnya bukan kayak horor yang biasa kita nonton di film-film atau horor yang hantunya mencelakai manusia. Bukan soal itu," tutur Falen Zaman, ketika dihubungi detikcom, belum lama ini.
Falen mengisahkan kisah Lasmi ditulis dari bab ketika ia kecil, menikah dengan Kang Asep pemain seruling sampai kasus menyedihkan ketika peristiwa tragis merenggut nyawanya. Ada juga bab yang menceritakan ketika Lasmi mengalami pelecehan seksual.
"Pas bagian balas dendam terhadap Belanda, itu cukup menyeramkan. Scene yang aku bayangin aja ngeri," katanya.
Falen menceritakan saat meninggal kondisi tubuh Lasmi memang mengenaskan. Ketika meninggal, kejadiannya sangat naas.
"Setengah badannya rusak, tengkorak sampai pipi kebuka kelihatan gigi dan tulangnya," cerita Falen Zaman.
Ketika menggarap novel Lasmi, Falen tidak sendirian. Ia bersama dengan adik perempuannya bernama Ara yang seorang indigo.
Sejak tahun 2013, Ara berjumpa dengan Lasmi ketika kuliah di Bandung. Dari situ, Lasmi 'mengawasi' Ara dan menjaganya dari makhluk tak kasat mata lainnya.
Nilai Jual
Falen menuturkan di Indonesia cerita-cerita horor, mistis, maupun klenik, memang mendapatkan tempat tersendiri di hati pembaca. Tapi novel Lasmi punya daya tarik tertentu.
"Di situ Lasmi punya daya tarik cerita hidupnya yang begitu dramatis, penuh dengan nilai sentimental, ada yang senang dan sedihnya. Mungkin kalau pembaca buku membacanya akan nangis bombay," kata Falen.
"Tapi kisah hidupnya bukan kayak horor begitu ya," tegasnya lagi.
Lewat novel Lasmi, penulis berharap pembaca bisa mengambil pelajaran dari kisah hidup Lasmi. Di antaranya soal teguh pendirian pada pilihan cerita.
"Ketika memilih seseorang harus setia kepada pilihan tersebut. Kayak Kang Asep yang sudah memilih Lasmi, bertahan pada cintanya sendiri. Selama kita berharap sesuatu yang hampir nyaris nggak ada, konteks Lasmi yang frustasi nggak bisa hamil, pada akhirnya terus berdoa untuk punya buah hati. Dengan doa, usaha, ikhtiar, tawakal, akhirnya punya anak. Jangan berhenti berharap dan berusaha," pungkasnya.
(tia/dar)