Komik Gump n Hell kerap mengkritik kondisi sosial yang terjadi di Tanah Air. Dari banyaknya panel komik yang rilis, ada beberapa karya komikus Errik Irwan Wibowo asal Semarang yang paling disukai netter.
Ada cerita soal apa saja yang paling diminati di komik Gump n Hell?
Sosok di balik komik Gump n Hell, Errik Irwan Wibowo, menuturkan komik tentang anak Papua yang bertanya pada sosok berkopiah dan berjas putih di bawah pohon.
"Anak itu bertanya "bolehkan saya menjadi Presiden Indonesia?" Itu paling rame. Soalnya itu menyangkut isu sangat sensitif karena kan seperti sudah ada stereotip bahwa yang jadi presiden Indonesia adalah yang begini-begitu," tutur Errik Irwan kepada detikcom.
Isu mengenai orang Papua selama ini mendapatkan stigma kurang baik. Berbicara mengenai Papua juga ada berbagai isu sensitif.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, Errik Irwan mengatakan komik Gump n Shell juga lelucon Gus Dur dan komik percakapan dengan biksu.
"Banyak yang posting ulang. Di #gumpnhell hampir tiap bahas agama pasti ramai," katanya.
Ada juga komik yang memuat kisah persahabatan dua penyandang cacat. Satu penyandang tuna netra dan disabilitas. "Meski berbeda agama tapi sehari-hari saling membantu dan melengkapi. Kebetulan kan saat itu banyak kejadian diskriminasi karena alasan agama," tutur Errik Irwan.
Dia melanjutkan, "Komik ini sempet diambil, dicrop, dan diposting ulang tanpa izin oleh berbagai pihak & nyebar ke mana-mana."
Saran Nyeleneh untuk Komikus Muda
Komikus Gump n Hell yang juga kuliah Arsitektur di Unika Soegijapranata Semarang punya saran nyeleneh bagi para komikus muda yang eksis berkarier ngomik.
"Bergabung di komunitas-komunitas komik bisa jadi langkah yang baik, daripada berguru pada komik Gump n Hell," tulis Errik Irwan dengan emoticon tertawa.
"Jika kamu belum kuliah dan yakin hobi serta jalan hidupmu di komik maka jangan ragu masuk Desain Komunikasi Visual (DKV). Di situlah seluk beluk dan jaringan industri komik bisa dipelajari. Jangan malah masuk arsitektur atau teknik sipil! Yang digambar beda. Kalau masuk sastra kamu malah akan menggambar dengan kata-kata," pungkasnya.
(tia/doc)