Di ajang Jakarta Biennale 2015 tersebut, Annisa menghadirkan zine menjadi sebuah karya seni yang tak biasa. Dimulai dari masa residensi selama satu bulan di Sanggar Anak Akar, ia pun terinspirasi menciptakan karya.
"Di Sanggar Anak Akar kan ada sekolah otonom, aku residensi selama satu bulan di sana. Kami mengangkat tema tentang lingkungan hidup anak-anak, dan kebetulan mereka tinggal di bantaran Kalimalang," tutur Annisa saat berbincang dengan detikHOT, belum lama ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia pun menambahkan, "Gimana anak-anak berkegiatan sehari-hari, dari berenang di kali sampai bermain. Dari situ jadi karya zine dan juga komik."
Perempuan kelahiran 1992 itu memang aktif berkarya menggunakan medium zine sejak 2010. Setelah zine, ia mulai merambah ke dunia komik dan mural. Karya zine pertamanya 'AU Revoir' mendapat sambutan yang hangat dari publik.
Sudah 8 tahun lamanya, zine dilakoni Annisa. Tahun ini, ia kembali memamerkan karya zine dan muralnya di ajang Indonesian Contemporary Art and Design (ICAD) 2018 yang berjudul 'Tangible Incredible'.
Sejarah personal hidup Annisa dihadirkan lewat zine. Di mural 'Orangutan', ia pun berimajinasi yang kritis tentang menanggapi krisis kesadaran berbagai pihak atas pelestarian satwa liar di hutan Indonesia.
Ke depannya,ia ingin lebih selektif lagi untuk memilih material zine dalam berkarya.
"Saya berusaha untuk menerjemahkan hal-hal abstrak, dari mulai, vulnaribility, dan keindahan itu sendiri. Aku juga mau memilih bahan, font, warna, jenis tulisan, dan banyak elemen yang mau aku eksplorasi lagi," tukasnya.
(tia/dar)