.webp)
Kemenangan Sidi Saleh lewat film-filmnya di ajang festival bergengsi melekatkan label pada dirinya. Sutradara lulusan Institut Kesenian Jakarta ini menyandang identitas sutradara spesialis pembuat film festival.
Sidi sempat tertawa ketika sebutan itu dinilai pas untuknya. Mengingat rekam jejaknya yang pernah mengharumkan nama Indonesia di ajang festival bergengsi seperti Venice International Film Festival. Bagaimana sebenarnya ia menanggapi label tersebut?
"Buat gue nggak apa-apa sih. Banyak orang yang memiliki nama yang sama, butuh sesuatu yang menjadikannya sebagai pembeda. Ini seperti penanda aja sih," tuturnya saat berbincang dengan detikHOT baru-baru ini di kawasan Thamrin, Jakarta Pusat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Gue dulu emang megang kamera. Akhirnya memutuskan menjadi sutradara pun nggak mudah. Gue sempat kayak mau udahan aja karena secara personal bebannya lebih berat, tapi ketika film pendek gue 'Maryam' menang di Venice, kayaknya emang jalannya gue mesti di sini," tuturnya lagi.
Film-film yang pernah melibatkan Sidi di belakang kamera di antaranya 'Kara, Anak Sebatang Pohon', 'Trip to the Wound', 'Babi Buta yang ingin Terbang', juga 'Postcards from The Zoo'.
"Yang akhirnya bikin gue tetap mau stay sebagai sutradara ada satu alasannya, kalau dipikir-pikir mau bikin film apapun (pendek atau panjang), ini bukanlah sebuah kerja yang sederhana," imbuhnya lagi.
Meski besar lewat menyutradarai film-film pendek, tapi Sidi tak lantas terus menerus hanya ingin menggarap film-film seperti itu. Ia baru saja merampungkan film panjang perdananya yang dijadwalkan rilis Februari mendatang. Simak artikel selanjutnya!
