Ditemui di kompleks Taman Ismail Marzuki (TIM) usai walking tour napak tilas jejak Chairil Anwar akhir pekan lalu, Hasan menuturkannya.
"Pintu masuk dari setiap bab adalah sajak-sajaknya Chairil. Saya melakukan rekonstruksi sajak itu dituliskan untuk siapa, siapa sih Mirat dan apa hubungannya dengan Chairil. Dan perempuan-perempuan lainnya," tutur Hasan kepada detikHOT belum lama ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Misalnya saja puisi 'Cerita Buat Dien Tamaela' yang sangat fenomenal hingga ke mancanegara. Puisi tersebut telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, Belanda, Jerman, Prancis, Spanyol, Amerika Latin, bahkan Rusia.
"Dien Tamaela itu kan bukan kekasih tapi seperti adik saja bagi Chairil. Yang akhirnya diganti judul Buat Dien Tamaela," ungkap Hasan.
Khusus untuk sosok Sri Ajati yang sangat dikagumi Chairil, ada dua sajak yang diciptakannya. Yakni berjudul 'Hampa β kepada Sri yang Selalu Sangsi' (Maret 1943) dan 'Senja di Pelabuhan Kecil' (1946).
![]() |
"Saya melacaknya siapakah Sri, ternyata dia hubungannya penting dengan Chairil. Pernah jadi model Basoeki Abdullah, penyiar radio, dan juga pemain teater," tambahnya.
Nama Sri Ajati pun pernah masuk dalam kisah yang ditulis sejarawan Alwi Shahab 'Bertemu Pujaan Chairil Anwar'. Sri tahu Chairil mebuatkan sajak untuknya dari almarhumah Mamiek, anak angkat Sutan Sjahrir.
"Sri mengaku heran, kenapa Chairil membuat sajak untuknya. Chairil sendiri tidak pernah menyatakan cintanya kepada Sri Ajati," tulis Alwi Shahab.