Sajak-sajak maupun sosok dari pria yang ketika kecil dipanggil Nini itu banyak yang diulas. Namun, tak banyak yang tahu mengenai sosok lengkap Chairil Anwar bersama perempuan-perempuan yang ada di sekitarnya.
Penyair sekaligus penulis Hasan Aspahani pun menuliskan perjalanan biografi sang penyair dan menerbitkan buku yang berjudul 'Chairil'. Diterbitkan oleh GagasMedia, bukunya sudah rilis sejak tahun lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Kali ini detikHOT mengangkat proses di balik terbitnya buku biografi Chairil yang ditulis Hasan Aspahani. Serta adaptasi versi panggung yang digarap oleh Titimangsa Foundation dan segera pentas pada 11-12 November mendatang.
"Saya memisahkan antara perempuan yang berujung cinta dan yang pertemanan saja. Saya sendiri sudah tahu polanya, menelisik dari sajak-sajak yang ditulis Chairil buat mereka, memisahkan mana yang penting," tutur Hasan Aspahani ditemui usai walking tour 'Napak Tilas Chairil Anwar' di kompleks Taman Ismail Marzuki (TIM), akhir pekan lalu.
Namun, khusus untuk pementasan 'Perempuan Perempuan Chairil', Hasan bersama dengan Ahda Imran dan Agus Noor fokus terhadap empat perempuan. Nama Chairil Anwar sendiri dikenal di dunia sastra setelah puisi 'Nisan' (1942) dimuat di sebuah majalah.
Sajak yang ditulisnya kerap membicarakan persoalan pemberontakan, kematian, individualisme, dan eksistensialisme. Sepanjang karier kepenyairan, Chairil Anwar sudah menulis 96 karya termasuk 70 puisi. Kebanyakan karya-karyanya tidak dipublikasikan hingga ajal menjemput.
Puisi terakhir Chairil berjudul 'Cemara Menderai Sampai Jauh' yang ditulisnya pada 1949. Sedangkan karyanya yang paling terkenal berjudul 'Aku' dan 'Krawang Bekasi'.
Seperti apa cerita dan proses di balik kepenulisan biografi Chairil? Simak artikel berikutnya!
(tia/doc)