"Sekarang sulit untuk mengangkat isu yang sensitif. Mungkin, kalau film 'Coklat Stroberi' gue rilis saat ini, gue nggak akan sebebas ini sambil minum kopi. Bisa aja gue udah dihujat habis-habisan," ujar Ardy saat ditemui belum lama ini di kawasan Kemang, Jakarta Selatan.
Ardy memotret kehidupan gay di kalangan remaja lewat film tersebut. Di momen perilisan film pertamanya pada 2007 lalu, gempuran media sosial diakuinya tak sekencang sekarang ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hingga kini, masih banyak isu yang sebetulnya membuat pria lulusan sekolah film di New Zealand ini cukup tergelitik untuk menggarapnya. Jika dalam 'Stip & Pensil' kegelisahan itu, ia tunjukkan pada problem pendidikan anak jalanan, Ardy lantas berandai-andai, ia berharap bisa juga menggarap film soal isu menikah beda agama.
"Hal itu dekat sama kita. Tema-tema seperti itu memang pengen bisa gue angkat suatu saat nanti. Ya, film kan memang tentang mengadaptasi kehidupan ke atas layar bukan?," tukasnya. (doc/nu2)











































