Berjudul 'Black Sun', karya terakhir dari rangkaian 'Sardono's Retrospective' ini menampilkan tari kontemporer yang lahir dari gagasan isu kemanusiaan yang marak belakangan. Ditemui di gedung Plaza Mandiri, Jakarta, Sardono mengungkapkan sebenarnya tarian tersebut terinspirasi dari gerhana matahari di Balikpapan.
"Tapi saya juga merujuk ke isu global. Gerhana kehidupan yang jutaan imigran berimigrasi ke belahan negara Eropa dan tak bahagia," katanya, Rabu (10/8/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Menurutnya, ketika seorang seniman pentas di ranah internasional harus ada permasalahan global yang dimasukkan dalam karyanya. "Ini keprihatinan saya dengan isu global dunia," tambahnya.
Di dalam pertunjukan diceritakan bahwa manusia bertahan demi mendapatkan hak atas diri meeka yang kehilangan tanah tempat tinggal, terapung di lautan menanti kepastian. Wajan-wajan raksasa seperti penggorengan menyimbolkan perahu tempat mereka mengungsi.
'Sardono's Retrospective' di ajang SIFA merupakan ungkapan artistik Sardono dalam perjalanan lebih dari 50 tahun terakhir. Serta akan dipentaskan di 72-13 TheatreWorks Singapore, pada 26 dan 27 Agustus 2016.
Baca Juga: Sardono W Kusumo Tampilkan Film Napak Tilas Raden Saleh di Dua Negara
Sardono sebelumnya pernah menerima penghargaan Distinguished Artist Award dari International Society for the Perfoming Arts Foundation (ISPA), pada saat Masyarakat Seni Pertunjukan Internasional menyelenggarakan kongres di Singapura pada 20 Juni 2003 lalu. ISPA memberikan penghargaan bagi Sardono untuk dunia seni pertunjukan khususnya kawasan Asia, dan meraih penghargaan bersama dengan seniman asal Singapura, Ong Keng Sen.
(tia/mmu)