Sardono akan berdampingan dengan seniman dunia lainnya, seperti Loo Zihan, Ron Arad, Trajal Harrell, dan lain-lain. Dia menceritakan, SIFA yang dikuratori oleh Ong Ken Sen mengundang secara langsung dirinya untuk tampil di negeri Merlion itu.
Dalam pandangan Ong, Sardono adalah contoh seniman inovasi yang keluar dari pakem berkesenian yang sudah ada. Dengan tema 'retrospective', SIFA merayakan seni Asia Tenggara melalui guru besar seni tari terbaik Indonesia dalam bentuk revolusioner.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Setiap tahunnya, SIFA selalu mengusung beragam tema, sebelumnya mengangkat perjalanan masa lalu (Legacies, 2014), dan dilanjutkan dengan perjalanan masa kini (Post-Empires, 2015). Tahun ini, SIFA mengangkat perjalanan masa depan dengan tema 'Potentialities'.
Sebelumnya, Sardono pernah tampil di eks Pabrik Gula (PG) Colomadu, Solo pada akhir November lalu, selama tiga hari berturut-turut. Pertunjukan tari, teater, lukisan, sinema, hingga pembacaan puisi digelar di dalam kompleks PG Colomadu yang telah mangkrak selama belasan tahun setelah PTPN IX resmi menutup operasional pabrik tersebut.
Di ajang bergengsi tingkat internasional tersebut, Sardono akan menampilkan retrospektif yang terdiri dari tiga pementasan karya. Yakni, persoalan sinema yang dirangkum dalam 'Expended Cinema' pada 13-28 Agustus di Malay Heritage Centre Singapore. Kemudian, Sardono akan live solo painting di lokasi yang sama selama dua hari, dari 20-21 Agustus. Ketiga adalah pertunjukan tari berjudul 'Black Sun' yang berkolaborasi dengan penari-penari Papua pada 26-27 Agustus di 13 TheatreWorks Singapore.
Program pementasan retrospektif Sardono juga didukung oleh DayaLima bersama dengan Mandiri Art yang sebelumnya telah mendukung ART|JOG|9 dan pameran lukisan koleksi istana bertajuk '17/71: Goresan Juang Kemerdekaan' yang kini tengah berlangsung di Galeri Nasional Indonesia.
Seperti apa kiprah Sardono di pementasan retrospektif besarnya di Singapura tahun ini?
Simak artikel berikutnya!
(tia/mmu)