#Alive: Gamer Yang Harus Survive Dari Zombie

#Alive: Gamer Yang Harus Survive Dari Zombie

Candra Aditya - detikHot
Jumat, 11 Sep 2020 19:13 WIB
Alive
Film #Alive Foto: dok youtube
Jakarta -

#Alive, sebuah film zombie Korea Selatan yang rilis beberapa bulan lalu di negaranya kini hadir di Netflix. Dengan durasi 100 menit, film ini tak bermain-main.

Kurang dari lima menit, penonton langsung disuguhkan teror yang terjadi ketika zombie menyerang. Tokoh utamanya adalah seorang gamer bernama Joon-Woo (Yoo Ah-in, orang paling menyebalkan dalam Veteran dan tampil begitu mempesona dalam Burning) yang kebetulan sedang sendirian di apartemennya. Ketika teror terjadi tentu saja ia kebingungan. Apalagi ketika ada tetangganya yang masuk kemudian histeris. Tak lama kemudian tetangganya mengeluarkan darah dari matanya dan ia langsung berubah menjadi zombie.

Membuat karakter utamanya sebagai gamer yang terlepas dari dunia luar adalah hal yang menarik. Dari awal kita langsung tahu kenapa Joon-Woo mempunyai logika yang berbeda dengan orang kebanyakan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selama 30 menit pertama penonton diajak untuk menjaga dirinya agar tetap waras di tengah chaos yang sedang terjadi. Dia main game, mencoba livestream, mengoperasikan drone. Mencoba untuk bertahan hidup.

Kalau apa yang Anda lihat dari Joon-Woo membuat Anda langsung bersimpati itu karena apa yang Joon-Woo lakukan persis sama dengan apa yang kita semua lakukan ketika PSBB ini.

ADVERTISEMENT

#Alive menjadi tontonan yang semakin asyik ketika sutradara Cho Il-Hyung dan penulis skrip Matt Naylor mengenalkan Kim Yoo-bin (Park Shin-hye), tetangga Joon-woo yang juga terjebak di apartemennya. Keduanya pun saling mendukung untuk bertahan hidup. Ikatan keduanya menjadi kuat karena mereka
berdua benar-benar harus bertahan hidup sendirian. Momen-momen seperti makan mie secara terpisah menjadi momen-momen yang tidak terlupakan.

Sebagai sebuah film zombie #Alive sebenarnya tidak menawarkan sesuatu yang revolusioner meskipun pembuatnya mencoba untuk menjadikan tontonan ini tetap relevan. Membuat karakter utamanya seorang slacker adalah sesuatu yang patut diacungi jempol karena Joon-Woo langsung menjadi perwakilan Gen-Z jaman sekarang (walaupun mungkin ia juga terinspirasi oleh dua karakter utama Shaun of the Dead). Lengkap dengan style fashion yang mentereng.

Terperangkap dan terisolasinya dua karakter utama di film ini menjadi sangat relevan karena kebetulan kita semua sedang mengalami hal yang sama di tahun 2020 ini. Kita semua tidak tahu bahwa COVID-19 akan mengubah segalanya. Penonton, termasuk saya, langsung relate dengan apapun yang kedua tokoh utama ini lakukan karena kita semua mengalami hal yang sama.

Tapi selain itu #Alive masih tetap seperti film-film zombie kebanyakan meskipun kalau boleh dipuji pembuatnya cukup bisa menahan ketegangan dengan baik. Banyak adegan "berantem" dengan zombie yang ditangani dengan baik. Film ini berhasil menampilkan keseraman zombie tanpa harus menjadikannya tampil menjijikkan. Beberapa jump scares berfungsi dengan sangat efektif.

Walaupun secara tempo, #Alive agak kedodoran, terutama ketika penonton dipaksa untuk melihat progress hubungan kedua karakter utamanya, yang paling asyik dari film ini adalah kejujurannya dalam bercerita. Dia sangat entertaining dan tidak mencoba untuk menjadi sesuatu yang lebih dari sekedar hiburan.

Dengan Train To Busan dan juga serial Kingdom yang sangat apik (kalau Anda suka zombie-zombiean, Anda harus juga menjajal yang satu itu), Korea Selatan membuktikan bahwa dia bisa menjadi alternatif yang menarik untuk tontonan manusia-manusia kanibal. Sambil menunggu sekuel Train To Busan: Peninsula untuk tayang di Netflix, #Alive bisa menjadi pilihan yang asyik untuk seru-seruan di rumah.

#Alive dapat disaksikan di Netflix

Candra Aditya adalah seorang penulis dan pengamat film lulusan Binus International.

[Gambas:Youtube]






(nu2/nu2)

Hide Ads