BlacKkKlansman pernah menjadi karya bersinar Spike Lee yang bersinar di tahun lalu. Kisah tentang seorang polisi yang menyusup menyelidiki organisasi Ku Klux Klan di tahun 1970-an itu membawanya meraih Oscar.
Masih tentang kulit hitam, Lee kembali di karya terbarunya Da 5 Bloods yang tayang di Netflix. Kali ini, Lee membawa sekelompok mantan veteran perang Vietnam kembali berkumpul dalam sebuah misi pencarian emas yang mereka simpan saat perang dulu.
Namun bukan Spike Lee bila menyuguhkan film tanpa pesan empowering tentang kaumnya. Misi sekelompok veteran ini tak hanya ingin mendapatkan emas. Melainkan napak tilas dan mengumpulkan semangat pemimpin kelompok mereka dulu yang disandingkan dengan aktivis kulit hitam Malcolm X.
![]() |
Sang pemimpin gugur di medan perang di pedalaman hutan Vietnam tak jauh dari tumpukan emas yang mereka simpan berada. Diperankan Chadwick Boseman, sang pemimpin bernama Stormin'Norman itu sekaligus pahlawan, guru juga mentor dalam pandangan mereka.
Naskah film ini ditulis oleh Spike Lee bersama rekannya Kevin Willmott. Lee menyelipkan potongan rekaman sejarah dan politik berkaitan dengan sejarah kulit hitam. Semua hal itu memunculkan kesimpulan bagaimana keadilan tak pernah berpihak untuk mereka.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ketika Anda merekrut 20 juta orang kulit hitam dan membuat mereka berada dan membuat perlawanan di semua perang Anda, menjadi buruh kapas ... cepat atau lambat kesetiaan mereka terhadap negara akan semakin tipis," ujar Muhammad Ali dalam salah satu rekaman.
Spike Lee begitu keras menyuarakan kegelisahan yang diwakili lewat dialog karakter-karakter yang terlibat di dalamnya. Ia juga menyelipkan situasi AS terkini yang dirasa semakin ketat mengkotak-kotakkan ras.
"Saya lelah tidak mendapatkan milik saya, kawan. Sudah saatnya kami membebaskan para imigran bebas ini dari belakang kami dan membangun tembok itu!" ujar salah satu karakternya bernama Otis yang diperankan Clarke Peters (The Wire, Treme).
Da 5 Bloods dikemas dengan alur flash back berlatar Vietnam masa lalu dan masa kini. Tak seperti The Irishman, Spike Lee tak banyak memfokuskan pada penampilan fisik aktor-aktornya yang digambarkan di masa kini dan masa lalu.
Ada hal yang dinilai Lee lebih krusial untuk ia sampaikan. Terlebih di situasi yang terjadi belakangan sejak meninggalnya George Floyd di AS yang menjadi sorotan dan memicu banyak aksi menyuarakan kesetaraan.
(doc/dar)