Glenn Fredly meninggal dunia pada Rabu, 8 April 2020 di salah satu rumah sakit di kawasan Cilandak, Jakarta Selatan pada pukul 18.47 WIB. Semasa hidupnya, ia dikenal sebagai musisi sekaligus pencipta lagu.
Akan tetapi, lebih dari itu rupanya wilayah Indonesia bagian Timur memiliki tempat tersendiri di hati Glenn Fredly. Selain karena Glenn memiliki darah Maluku, dirinya juga seakan ingin menunjukkan bahwa Indonesia tidak melulu Jakarta, tidak melulu Jawa.
Dirinya merupakan salah satu penggagas Konferensi Musik Indonesia (KAMI). KAMI yang terselenggara atas kerjasama Yayasan Rumah Beta dengan Koalisi Seni digelar pertama kali di Ambon pada Maret 2018.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Karena itu akhirnya menggiring adanya konferensi musik pertama yang di Ambon, yang dibicarakannya komprehensif, yang pertama kebijakan, private dan pelakunya. Bahan evaluasi dari konferensi itu bisa menjadi referensi bagi musik industri dan bisa men-support yang non industri, dan yang non industri itu banyak sekali, ada yang tradisi, dan banyak lagi," jelas Glenn Fredly dalam sebuah wawancara.
Pria kelahiran 30 September 1975 itu juga kerap menunjukan ketertarikannya pada isu mengenai Indonesia Timur dan HAM ketika tampil. Di panggung musik, Glenn Fredly kerap menyuarakan berbagai isu sosial. Pada Soundrenaline dan Synchronize Fest 2019, pelantun 'Kasih Putih' itu menyuarakan keberpihakannya terhadap persoalan di Papua.
"Izinkan saya di tengah keriaan ini izinkan saya menyanyikan lagu untuk tanah Papua," ungkapnya ketika tampil di panggung Synchronize Fest pada Oktober 2019.
"Jangan pernah percaya pada propaganda yang mengatakan kalau orang-orang Papua itu jahat, itu tidak benar sama sekali. Orang-orang yang punya kepentingan politik untuk memecah belah itu yang jahat," tegasnya lagi. Dia kemudian membawakan 'Tanah Perjanjian' dan 'Yamko Rambe Yamko' setelahnya.
Simak Video "Video: Mutia Ayu Peringati 5 Tahun Kepergian Glenn Fredly"
[Gambas:Video 20detik]