Kecintaan Glenn Fredly Pada Timur Indonesia

Kecintaan Glenn Fredly Pada Timur Indonesia

Dyah Paramita Saraswati - detikHot
Minggu, 12 Apr 2020 16:41 WIB
glenn fredly di banyuwangi
Foto: Ardian Fanani
Jakarta -

Glenn Fredly meninggal dunia pada Rabu, 8 April 2020 di salah satu rumah sakit di kawasan Cilandak, Jakarta Selatan pada pukul 18.47 WIB. Semasa hidupnya, ia dikenal sebagai musisi sekaligus pencipta lagu.

Akan tetapi, lebih dari itu rupanya wilayah Indonesia bagian Timur memiliki tempat tersendiri di hati Glenn Fredly. Selain karena Glenn memiliki darah Maluku, dirinya juga seakan ingin menunjukkan bahwa Indonesia tidak melulu Jakarta, tidak melulu Jawa.

Dirinya merupakan salah satu penggagas Konferensi Musik Indonesia (KAMI). KAMI yang terselenggara atas kerjasama Yayasan Rumah Beta dengan Koalisi Seni digelar pertama kali di Ambon pada Maret 2018.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Karena itu akhirnya menggiring adanya konferensi musik pertama yang di Ambon, yang dibicarakannya komprehensif, yang pertama kebijakan, private dan pelakunya. Bahan evaluasi dari konferensi itu bisa menjadi referensi bagi musik industri dan bisa men-support yang non industri, dan yang non industri itu banyak sekali, ada yang tradisi, dan banyak lagi," jelas Glenn Fredly dalam sebuah wawancara.

Pria kelahiran 30 September 1975 itu juga kerap menunjukan ketertarikannya pada isu mengenai Indonesia Timur dan HAM ketika tampil. Di panggung musik, Glenn Fredly kerap menyuarakan berbagai isu sosial. Pada Soundrenaline dan Synchronize Fest 2019, pelantun 'Kasih Putih' itu menyuarakan keberpihakannya terhadap persoalan di Papua.

ADVERTISEMENT

"Izinkan saya di tengah keriaan ini izinkan saya menyanyikan lagu untuk tanah Papua," ungkapnya ketika tampil di panggung Synchronize Fest pada Oktober 2019.

"Jangan pernah percaya pada propaganda yang mengatakan kalau orang-orang Papua itu jahat, itu tidak benar sama sekali. Orang-orang yang punya kepentingan politik untuk memecah belah itu yang jahat," tegasnya lagi. Dia kemudian membawakan 'Tanah Perjanjian' dan 'Yamko Rambe Yamko' setelahnya.

Tulisannya mengenai pembebasan tahanan politik juga sempat dimuat oleh salah satu media massa yang berbasis di Jakarta. Aktivis Veronica Koman di akun Twitter-nya mengungkapkan bahwa Glenn pernah menawarkan bantuan dan menunjukan simpati atas perjuangannya.

"Sedih sekali atas kepergian @GlennFredly, artis dengan bakat dan jiwa kemanusiaan luar biasa, sahabat para aktivis. Ia pernah 2x tanya ke saya ia bisa bantu apa, ketika terjadi penangkapan massal terhadap mahasiswa Papua, atas peristiwa yang berbeda," kicaunya.

Selain itu, perjalanan Ambon sebagai Kota Musik juga tidak lepas dari perhatiannya. Dalam beberapa kesempatan, ia mengatakan bahwa Ambon layak menjadi kota musik sebab selama ini musik menjadi salah satu penggerak perdamaian di daerah tersebut.

Ketika Ambon ditetapkan sebagai Kota Musik oleh UNESCO, dirinya turut merayakan hal itu di atas panggung festival musik Sewindu yang berlangsung pada November 2019 lalu.

"Kemarin badan internasional dari UNESCO menetapkan Ambon sebagai kota musik pertama di Asia Tenggara. Ini adalah kerja kolektif bentuk cinta terhadap Indonesia," katanya ketika di atas panggung sebelum kemudian menyanyikan 'Rame-Rame'.

Bahkan sebelum meninggal dunia, Glenn Fredly sempat merencanakan untuk berkeliling Indonesia Timur untuk menggelar tur. Rangkaian tur tersebut rencananya akan menyambangi Nusa Tenggara Timur, Papua dan Maluku yang rangkaiannya digelar sepanjang tahun ini.

"Sebelumnya, di awal tahun kami akan mendatangi Surabaya, setelah itu baru kami konser di tiga titik di Indonesia Timur pada September hingga Oktober. Ditutupnya awal tahun 2021 di Jakarta," ungkapnya dalam sebuah wawancara pada Desember 2019.

Kini sang musisi sekaligus pegiat aktivisme musik itu telah tiada. Karya-karyanya akan selalu dikenang dan membekas di hati mereka yang telah tersentuh oleh nada dan lirik ciptaannya.



Simak Video "Video: Mutia Ayu Peringati 5 Tahun Kepergian Glenn Fredly"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads