Garin Nugroho Kritik Isu Lingkungan di Pentas 'Planet - Sebuah Lament'

Spotlight

Garin Nugroho Kritik Isu Lingkungan di Pentas 'Planet - Sebuah Lament'

Tia Agnes - detikHot
Selasa, 14 Jan 2020 12:31 WIB
Garin Nugroho Bicara soal Pertunjukan Teater 'Planet - Sebuah Lament' Foto: Muhammad Ridho
Jakarta - Di awal 2020, Garin Nugroho hadir dengan karya terbaru. Sutradara sekaligus penulis naskah itu menggabungkan karya artistik antara film, musik, dan nyanyian di atas panggung pertunjukan teater yang berjudul 'Planet - Sebuah Lament'.

'Planet - Sebuah Lament' yang digelar pada 17-18 Desember 2020 di Teater Jakarta, kompleks TIM, berisikan doa pada alam dan jalan keselamatan hidup untuk mencintai lingkungan sekitar. Kepada detikcom, Garin menceritakan tentang proses penggarapan sampai sentilan isu lingkungan yang ada dalam karya terbarunya tersebut.

"Setelah film 'Kucumbu Tubuh Indahku' dan live orkestra film bisu 'Setan Jawa', saya menggabungkan antara tiga hal artistik dan mengambil dari lagu-lagu Melanesia, wilayah yang musikal dari Papua sampai Nusa Tenggara," ungkap Garin ketika menyambangi kantor detikcom, belum lama ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT



Tema lingkungan dan bencana alam menjadi fokus dalam pertunjukan. Garin menceritakan dalam pertunjukannya, manusia hanya ditinggalkan sebuah telur.

Garin Nugroho Kritik Isu Lingkungan di Pentas 'Planet - Sebuah Lament'Foto: Istimewa


Ada makhluk-makhluk dari benda yang tak terurai, plastik menjadi monster, dan manusia harus menyelamatkan telur untuk energi dan pangan.

"Sebenarnya monster butuh energi, ini tentang perebutan antara kebinatangan dan kemanusiaan," lanjutnya.



Tema lingkungan pun menjadi penting dalam pentas 'Planet - Sebuah Lament'. Indonesia memiliki lebih dari 3.500 bencana alam dan perubahan iklim menjadi isu fundamental saat ini.

"Planet - Sebuah Lament menjadi semacam keseruan di awal tahun 2020, lewat lagu-lagu indah Melanesia," tukasnya.

Baca artikel Spotlight Culture berikutnya.





(tia/doc)

Hide Ads