Menurut Garin, pertunjukan ini menggambarkan kerusakan yang terjadi di dunia dalam beberapa tahun ke belakang. Di awal 2020, ia ingin membuat harapan baru serta doa agar masalah ini bisa selesai.
"Jadi ini semacam catatan untuk tahun 2020 bahwa kita mengalami banyak disaster di dunia, kebakaran hutan, tsunami. Jadi ini pesan, harapan, doa untuk membangun suatu planet baru," kata dia dalam temu media di Komunitas Salihara, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Senin (16/12/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: 'Kucumbu Tubuh Indahku' Rajai Piala Citra |
"Pertunjukan ini mengisahkan ratapan alam karena keserahakan manusia yang menghancurkan alam, era ketika bumi dipenuhi benda-benda perusak lingkungan dan menjadi monster yang tidak pernah mati," paparnya.
Pertunjukan ini, kata Garin, akan pentas pada 17 Januari 2020 di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki. Selain itu, Garin juga memboyong pertunjukan ke Melbourne hingga Jerman.
"17 Januari ini bakal pentas di Taman Ismail Marzuki. Februari di Melbourne, Mei di Jerman, lalu di Belanda," sambung dia.
Garin juga mengungkapkan bahwa proses pembuatan pentas drama ini memakan waktu hingga 2,5 tahun. Ia bahkan berkeliling ke beberapa daerah demi mendapatkan pemain terbaik.
"2,5 tahun cari terbaik di Jepang, lalu cari pemain di Papua yang punya bakat baru," terangnya.
Pertunjukan teater 'Planet-Sebuah Lament' mengusung budaya Indonesia Timur dengan paduan gerakan tubuh karya koreografi Otniel Tasman dan Boogie Papeda.
Sementara itu, pementasan ini akan menampilkan beberapa penari daerah, seperti Boogie Papeda, Douglas D'Krumpers, Pricilla EM Rumbiak, Bekham Dwaa, dan Rianto. Untuk musiknya akan digarap oleh Septian Layan, Taufik Adam, dan Nursalim Yadi Anugerah.
(pay/tia)