UNFPA adalah salah satu lembaga di bawah otoritas majelis umum Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB). Lembaga ini berfokus pada isu-isu kependudukan dan kesehatan.
Akan tetapi, Rachel Amanda merasa aneh jika dirinya disebut sebagai aktivis.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Aneh deh kalau dibilang aktivis. Jadi memang saat ini aku volunteer salah satu program di Youth Advisory Panel United Nations Population and Fund nama jadi kita penasihat muda. Isunya fokusnya dipopulasi, bersinggungan sama pendidikan seksual, wanita, kekerasan berbasis gender, pemuda," jelas Rachel Amanda kepada detikcom.
Di Kenya, Rachel mendapat kesempatan untuk mengikuti pertemuan tersebut. Pertemuan itu guna mereview hasil conference tahun 1994.
"Kebetulan di Kenya ada international conference yang bahas topik-topik seperti itu. Setelah tahun 1994 konferensi pertamanya ada beberapa negara declare," ucapnya.
"25 tahun kemudian, di mana 2019 mau direview sejauh apa. Kebetulan aku masuk ke program tahun ini jadi aku salah satunya yang berangkat," tutur Rachel Amanda.
Selama masa baktinya, Rachel Amanda terus mencari tahu dan data-data. Ternyata masalah yang dilihat Rachel Amanda memang banyak terjadi.
"Memang jadi sadar juga, posisi gue beruntung sekali di kondisi hidup seperti ini. Cuma itu sih, menurut aku ketika aku dapat kesempatan seperti ini, aku punya ruang yang cukup besar untuk ngomongin, kasarnya aku punya fans, ada ruang, dan waktunya. Aku melakukan apa yang aku bisa juga," beber Rachel Amanda.
(pus/kmb)