Karya yang ditulis novelis asal Korea Cho Nam Joo itu menuai kontroversi di negeri Ginseng sejak rilis pada 2016. Apa sih kelebihan dari novel tersebut?
Editor Fiksi Gramedia Pustaka Utama (GPU), Didiet Prihastuti, menuturkan novel ini sudah sejak lama dinantikan pembaca Indonesia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Versi bahasa Inggris dari novel tersebut baru rilis pada Februari 2020. "Begitu keluar bahasa Indonesia-nya, ya mereka sudah nungguin. Apalagi filmnya keluar barengan, yang main Gong Yoo pula," ujarnya.
![]() |
Isu yang dianggap pun, lanjut Didiet, sangat berhubungan dengan dunia perempuan. Sebagian besar perempuan pernah ada di posisi Kim Ji-Yeong.
"Merasakan pelecehan mulai dari yang kecil-kecil itu. Susahnya bangun karier cuma karena jadi perempuan. Harus berusaha dua kali lipat dari lelaki untuk bisa 'dilihat'," lanjutnya.
Dia pun menambahkan, "Karena aku lahir bareng Kim Ji-Yeong, aku jadi bisa membandingkan timeline Korea dan Indonesia (Jakarta, khususnya) dan merasa bersyukur. Sekacau-kacaunya sistem patriarki di Indonesia, Korea jauh lebih parah ternyata," pungkasnya.
(tia/dar)