Magelang -
Sebanyak 57 negara mengikuti pameran
kartun internasional dalam Borobudur Cartoonists Forum (BCF) 3. Pameran menampilkan sebanyak 169 karya.
Pameran yang diselenggarakan BCF 3 ini mengambil tema 'Mental Juara' di Hotel Pondok Tingal, Borobudur, Magelang, Jawa Tengah. Peserta yang mengikuti pameran ini, sekaligus karyanya dilombakan.
Adapun 57 negara yang mengikuti pameran kartun tersebut antara lain dari Argentina, Afghanistan, Bangladesh, Brazil, Bahrain, Bosnia dan Herzegovina, China, Colombia dan Prancis. Kemudian, ada Iran, India, Italia, Rusia, Indonesia dan lainnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Koordinator Panitia BCF 3, Lukas Luwarso mengatakan, peserta pameran kartun internasional hasil lomba dari 57 negara. Semula karya yang dikirim sebanyak 760 kartun, kemudian dipilih 169 karya yang dipamerkan.
 Foto: Eko Susanto/ detikcom |
"Jadi ada lebih dari 600 karya terpaksa tidak bisa kita pamerkan karena tempatnya terbatas. Kita seleksi, yang kita pamerkan karya-karya yang memang menarik," katanya usai pembukaan pameran di Hotel Pondok Tingal, Borobudur, Jawa Tengah, Sabtu (2/11/2019).
Menyinggung perihal era digitalisasi terkait dengan kartun, kata dia, ke depannya mau tidak mau kartunis harus merengkuh digitalisasi, era digitalisasi.
"Ya menjadi semacam sasaran ke depan mau tidak mau kartunis harus merengkuh digitalisasi, era digital. Harus ditinggalkan stigma cara berpikir bahwa kartun dunia cetak, itu harus kesana tidak ada pilihan lain," katanya.
"Bagaimana dunia digital itu harus dimanfaatkan sebesar-besarnya, didayagunakan agar kartunis lebih inovatif, lebih kreatif. Dengan dunia digital itu tidak hanya gambar dua dimensi, bisa tiga dimensi dan juga bukan hanya diam, tapi bergerak. Jadi eksplorasinya lebih banyak, juga punya medium eksplorasi sendiri kan, mediumnya berupa Facebook, Instagram, Twitter, tanpa harus menunggu kerelaan media lain," tuturnya.
Dalam pameran ini, hadir pula Budayawan Eros Djarot. Menurut Eros, ada satu hal yang perlu dicatat dengan masih adanya pameran kartun ini ternyata masih banyak di negeri ini yang berkreasi dalam sunyi.
Kemudian menyinggung kartun di era digitalisasi, kata Eros, digital hanya alat saja. Untuk itu, kartun harus memanfaatkan semua perkembangan teknologi.
"Kartun harus memanfaatkan semua perkembangan teknologi. Cuman satu, otak kita nggak boleh menjadi digital, tapi kita menggunakan digital untuk mengembangkan otak kita. Digitalisasi ini dalam pendekatan pemerintah sekarang mendigitalkan orang, pada hal itu hanya alat saja," tuturnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pemuda, Olahraga dan Pariwisata Jawa Tengah, Sinung Nugroho Rachmadi mengatakan, pameran kartun merupakan satu event yang sangat menarik, unik dan mestinya memperoleh respons yang positif dari masyarakat. Atas terselenggaranya pameran yang ketiga kali tersebut, Pemprov Jateng memberikan apresiasi.
"Kalau tahun depan akan diselenggarakan kita buat yang lebih tematik, lebih kekinian lagi terutama bagaimana melibatkan anak-anak muda, tetapi mereka bisa berkarya bukan hanya soal karikatur ya relevan saja. Prinpsipnya begini karikatur itu adalah penyampai pesan moral, penyampai pesan sosial, orang yang menerima pesan nggak merasa apa-apa malah ikut ketawa," kata Sinung.
Halaman Selanjutnya
Halaman