Ide tersebut diungkap Ketua Komite Buku Nasional, Laura Bangun Prinsloo, saat sambutan pembukaan Litbeat Festival. "Kami memaknai 'What's Next' dengan menginisiasi dan mengajak seluruh pihak untuk menjadikan Jakarta sebagai World Book Capital City. Inisiatif dan rencana ini mungkin terkesan ambisius. Namun tidak mustahil untuk diwujudkan," ungkap Laura di Perpustakaan Nasional, kawasan Jakarta Pusat, Senin (2/9/2019).
Menurut Laura, ada banyak faktor yang memungkinkan Jakarta mendapatkan predikat tersebut. Ada sejumlah festival literasi bertempat di Jakarta di antaranya Jakarta International Literary Festival (JILF) hingga Gramedia Writers and Readers Forum yang baru saja digelar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk mewujudkannya digelarlah Jakarta Fellowship Program yang membuka penerbit dari Indonesia berkoneksi, kolaborasi, dan sahabat lebih dekat dengan penerbit mitra sari luar negeri. Pada 2-7 September, Komite Buku Nasional memasangkan kerjasama intensif antar penerbit. Tahun ini ada 6 penerbit yang berpasangan.
Mereka adalah Lontar Foundation dengan Edition Jentayu ( Prancis ), Falcon Publishing dengan Reading Sideaways Press (Australia), Bhuana Ilmu Populer dengan Jieli Publishing House (China), Asta Ilmu dengan Singapore Asia Publishers (Singapura), Mizan Publishing dengan Agamee Prakashani (Bangladesh), dan Kesaint Blanc dengan Akdem Agency (Turki).
"Harapannya dengan program ini, Jakarta sebagai World Book City tidak hanya jadi impian semata. Gelar World Book Capital City juga akan menjadikan sebuah kota meningkat dari pariwisata," tukas Laura.
(tia/dar)