Litbeat 2019 mengusung tema 'What's Next' sebagai respons dunia perbukuan yang dalam masa transisi dari manual ke digital. Skema itulah yang tak lagi jadi sesederhana buku ditulis, dicetak lalu didistribusikan ke tangan pembaca.
"Perkembangan industri perbukuan kontemporer, di mana buku bukanlah media yang berdiri tunggal. Narasi yang dikisahkan di tiap-tiap buku ternyata telah beralihwahana ke berbagai media: film, musik, kuliner, fashion, desain, dan banyak lainnya. Perkembangan inilah yang mengemuka dari Litbeat Festival tahun ini," ujar Ketua Komite Buku Nasional, Laura Bangun Prinsloo, di Perpustakaan Nasional, Jakarta Pusat, Senin (2/9/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Ketua Panitia Litbeat 2019, Erlan Primansyah, juga mengungkapkan tahun lalu Litbeat memboyong 'Filosofi Kopi' sebagai salah satu contoh adaptasi dari buku ke layar lebar yang terbilang sukses.
"Fenomena ini melahirkan media ke banyak IP. Kalau tahun ini kamu ada 'Gundala', kami selalu mencari tren+tren barualih media dan membantu perspektif baru demi kemajuan buku. Buku kalau dicetak menjadi statis tapi kalau masuk ke konten lain jadi dinamis," ujar Erlan kepada detikHOT.
Ke-70 narasumber yang hadir di Litbeat Festival di antaranya adalah Ratih Kumala, Seno Gumira Ajidarma, Leila S Chudori, Nguyen Mahn Hung, Koko Hendri Lubis, Ni Made Purnamasari, Salman Faridi, Reda Gaudiamo, Emte, Mochtar Sarman, Grace Kusnadi, Lily Yulianti, Alberthine Endah hingga Yusi Avianto Pareanom.
(tia/dar)