Sebanyak 16 seniman Indonesia dan mancanegara memeriahkan pameran seni yang berlangsung selama sebulan. Mengusung tema 'Trans Human Code', festival menghadirkan belasan karya-karya seni media terkini atau new media art.
Creative Director Media Art Globale, Mona Liem, menuturkan ide mengenai pameran ini bermula dari berbagai aktivitas sehari-hari yang bersinggungan dengan gawai dan media sosial.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, teknologi pun menjadi genderless. "Lewat tema 'Trans human Code' saya lontarkan karya ke-16 seniman untuk mengungkapkan keresahan di karya seni mereka," katanya.
Belasan karya para seniman pun menggabungkan antara seni, sains, dan teknologi. Setiap karya pun menggugah rasa ingin tahu pengunjung dan mengajak untuk men-scan QR Code yang ada di samping penjelasan karya.
![]() |
"Pameran ini sesuatu yang berbeda. New media art adalah karya yang baru. Salihara didirikan untuk hal-hal demikiran, kemarin saat ulang tahun Salihara yang ke-11. Waktu pertama peletakkan batu Salihara oleh Almarhum Ali Sadikin, tempat ini didedikasikan kepada beliau. Tempat ini memberikan alternatif untuk banyak galeri atau teater dan kami tidak berasumsi materialistis," ungkap pria yang akrab disapa GM.
Media Art Globale 2019 berlangsung pada 9 Agustus hingga 1 September 2018 di tiga tempat di Komunitas Salihara, yakni ruang teater, galeri, dan beberapa sudut Teater Anjung.
(tia/dar)