Kepala Galeri Nasional Indonesia, Pustanto, mengatakan karya yang dipajang merupakan karya penting. "Koleksi nasional di seluruh institusi dan lembaga ada ribuan, kami tidak merasa harus memiliki. Paling tidak Galeri Nasional Indonesia sebagai pusat dokumentasi seni rupa punya dokumentasinya. Dalam bentuk reoro dan digital," ujar Pustanto ketika jumpa pers, Kamis (1/8/2019).
Karya-karya yang dipajang memiliki kurun waktu dari tahun 1950 sampai 1980. Pelukis di masa itu memang merupakan seniman-seniman hebat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pameran seni rupa koleksi nasional #2 memajang koleksi milik Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, Museum Seni Rupa dan Keramik-UP Museum Seni, Museum Sejarah Jakarta-UP Museum Kesejarahan Jakarta, dan Museum Bank Indonesia.
"Sebenarnya sejak setahun lalu kami mengundang institusi-institusi yang ada di Indonesia, bahkan sampai ke Ambon dan Taman Budaya Bali. Mereka punya harta karun yang luar biasa sampai ke gedung-gedung kedutaan besar di luar negeri tapi untuk tahun ini bekerja sama dengan empat lembaga dulu," lanjutnya.
Di pameran seni rupa koleksi nasional #2 ada lukisan Affandi 'Pemandangan di Pegunungan' (1969), Bagong Kussudiardja 'Ekspresi Tari' (1960), 'Dinamika Keruangan XVI' ciptaan Fadjar Sidik, lukisan 'Aku Cinta Padamu Tanah Air' karya S.Sudjojono hingga repro dari 'Penyerangan Pasukan Mataram ke Batavia Tahun 1628-1629.
Di bagian belakang Gedung A terdapat koleksi Museum Bank Indonesia yang menampilkan koin dan video uang kertas pascakemerdekaan. Serta yang tak kalah fenomenal adalah maket atau model dari patung Dirgantara ciptaan Edhi Sunarso.
(tia/dal)