Dalam lakon terbarunya, Teater Koma kembali mengangkat kisah kehidupan para dewa dan wayang sebagai kelanjutan semesta Mahabarata. Sebelumnya pertunjukan 'Mahabarata: Asmara Raja Dewa' sukses diselenggarakan November 2018 lalu.
detikHOT berkesempatan melihat proses latihan 'Goro-goro: Mahabarata 2' di Universitas Tarumanegara III, kawasan Cilandak, Jakarta Selatan. Ada dua adegan yang dihadirkan tim Teater Koma.
Salah satunya adalah adegan ketika Dewi Srinandi bersama Limbuki dan Cangiki yang berada di khayangan dan ingin dilamar namun malah kabur ke bumi. Seketika di Planet Jawa, mereka melihat tanaman padi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Demi riset pertunjukan, Nano Riantiarno, melakukan perjalanan ke Desa Cipta Gelar, Jawa Barat. Di sana, ia mencari tahu cara menanam padi yang berasal dari tradisi leluhur.
![]() |
"Saya bertemu dengan petinggi adat di sana, mereka membawa padi untuk dilumbungkan, yang lumbungnya sudah dibangun 640 tahun yang lalu. Mananam padi secara adat leluhur itu yang mau diomongin di pertunjukan. Plotnya seperti itu," lanjut Nano.
'Goro-goro: Mahabarata 2' mengisahkan tentang Semar dan Togog yang ditugaskan untuk turun ke Marcapada dan menghamba pada raja-raja di sana. Semar menjadi panakawan para ksatria yang membela kebenaran.
Sedangkan Togog menghamba kepada raksasa penyebar kejahatan. Kini Semar menjadi Raja Medangkamulyan, Prabu Srimahapunggung. Togog menghamba kepada Raja Raksasa Kerajaan Sonyataka, Prabu Bukbangkalan.
Di suatu masa, Batara Guru mengutuk Dewi Lokawati menjadi tanaman padi. Padi itu pun dianugerahkan kepada Raja Medangkamulyan untuk jadi bahan makanan utama Wayang Marcapada.
"Lakon ini akan mengajak penonton untuk membayangkan dan memikirkan seperti apa pemimpin yang diinginkan, pemimpin yang mencintai perdamaian demi kenyamanan dan kemakmuran bersama atau justru mencintai pertikaian," ucap Nano.
'Goro-goro: Mahabarata 2' didukung aktor-aktor lawakan seperti Slamet Rahardjo, Idries Pulungan, Budi Ros, Ratna Riantiarno, Sari Madjid, Netta Kusumah Dewi, Rangga Riantiarno, dan lain-lain. Pentasnya dibanderol senilai Rp 60 ribu hingga Rp 500 ribu.
(tia/nu2)