Seniman Tisna Sanjaya menjadi bagian dari 24 seniman yang digandeng National Gallery of Australia dalam pameran seni Contemporary Worlds: Indonesia. Tisna menyandingkan khilafah dan Pancasila dalam karya seni yang dipamerkannya di galeri nasional Australia tersebut.
Karya seni terbaru Tisna menjadi instalasi yang dipajang terdepan di pameran Contemporary Worlds: Indonesia. Tisna menghadirkan sebuah perahu kayu yang disebutnya terinspirasi dari permainan kora-kora. Perahu tersebut dihiasi wayang, gunungan dan berbagai tulisan. Salah satu tulisan yang paling menonjol adalah kalimat Aura Seniman. Pada sisi kiri dan kanan perahu juga terpasang bendar. Seniman asal Bandung itu menghadirkan bendera Pancasila dan Khilafah.
"Perahu ini berhenti,berarti suasana sedang jeda," katanya. Dalam jeda tersebut Tisna melanjutkan, dia akan menghadirkan para ahli dari berbagai kalangan di Australia untuk diajaknya berdialog di atas perahu.
"Hari pertama dengan seniman muda dari Aborigin. Saya akan banyak bertanya, mendengarkan bagaimana situasi di sini. Hari kedua dengan ahli agama yang riset mengenai Islam di Indonesia dan hari ketiga dengan ahli seni," jelasnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Karena kan ada sekelompok orang yang ingin mengembalikan kejayaan khilafah yang menurut saya sudah cukup Pancasila. Bendera khilafah nanti saya turunkan di akhir pameran. Karena memang sudah cukup, Pancasila saja. Ragam ideologi yang ada di Indonesia semua sudah ada di Pancasila," ucap seniman yang konsisten membuat karya-karya bertema permasalahan sosial politik di Indonesia itu.
Selain bendera Pancasila dan khilafah, ada juga dua toa yang memperdengarkan suara Takbir seperti menjelang suasana Idul Fitri. Kehadiran toa tersebut juga terinspirasi dari apa yang terjadi di Indonesia.
"Toa itu saya pinjam dari toa masjid. Di Indonesia itu kan banyak yang pakai toa. Buat saya ini luar biasa indahnya karena di Indonesia itu Islam sangat dibebaskan. Speaker bisa ada di mana-mana," ujarnya.
Menyuarakan situasi terkini di Indonesia, Tisna Sanjaya mengaku hanya ingin menyampaikan satu pesan melalui karyanya. "Intinya perdamaian," pungkas seniman lulusan ITB itu.