Hal itu disampaikan Direktur Galeri Nasional Australia Nick Mitzevich. "Saya selalu terkesan dengan budaya Indonesia. Negara yang dinamis. Jadi pameran ini akan mengejutkan pengunjung. Karena kalau mendefinisikan Indonesia dari apa yang dilihat di media saja, mereka akan terkejut dengan dimensi budayanya. Indonesia negara yang sangat beragam," kata Nick saat berbincang dengan wartawan dari Indonesia termasuk Detikhot di National Gallery of Australia, Canberra, Jumat (21/6/2019).
Contemporary Worlds: Indonesia menjadi pameran pertama yang menampilan karya terbanyak seniman Indonesia di Australia. Ada 24 seniman yang digandeng National Gallery of Australia pada pameran ini. Mereka di antaranya Tisna Sanjaya, FX Harsono, Eko Nugroho, Melati Suryodarmo, Agus Suwage, Entang Wiharso, Faisal Habibi, Jompet Kuswidananto, Zico Albaiquni dan Uji 'Hahan' Handoko Eko Saputro.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini adalah pameran seni kontemporer Indonesia terbesar di Australia dan salah satu yang terbesar di luar Indonesia. Memulai kegiatan dengan ukuran dan skala seperti ini akan memberikan gambaran baru tentang tetangga terbesar kami bagi warga Australia," ujar Duta Besar Australia untuk Indonesia Gary Quinlan.
Direktur Galeri Nasional Australia Nick pun sependapat dengan Dubes Gary. "Pameran ini memberikan perspektif menarik budaya Indonesia yang ingin diketahui warga Australia. Pameran ini semoga dapat membantu warga Australia memahami betapa sangat dimensionalnya masyarakat di Indonesia," jelas Nick.
Contemporary Worlds: Indonesia diadakan National Gallery of Australia, di Canberra mulai 21 Juni hingga 27 Oktober 2019. Beberapa karya seni yang menjadi highlight dari pameran ini di antaranya pertunjukkan seni dari Melati Suryodarmo bertajuk Transaction of Hallows, ekplorasi neon dari Uji 'Hahan' Handoko Eko Saputro yang berkolaborasi dengan Adi 'Uma Gumma' Kusuma dan lukisan karya pelukis muda Zico Albaiquni. (eny/eny)