National Gallery of Australia menggelar 'Contemporary World: Indonesia' dengan membawa 24 nama seniman dari Bali, Bandung, Yogyakarta, dan Jakarta. Para seniman menampilkan karyanya yang bertemakan era setelah Reformasi.
'Contemporary World: Indonesia' merupakan gambaran dari para seniman mengenai perubahan sosial dan politik di Tanah Air setelah lengsernya Presiden Soeharto. Berbagai topik setelah era Reformasi pun dieksplorasi oleh para seniman mulai dari mengenai seksualitas, peran gender hingga masalah lingkungan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Melati Suryodarmo yang penampilan seni pertunjukannya selalu dinanti akan menghadirkan 'Transaction of Hollows'. Seniman asal Bandung, Tisna Sanjaya juga menampilkan karya terbarunya yang menyimbolkan optimisme pada perubahan di Indonesia.
"karya-karya yang tampil di National Gallery of Australia ini kalau kita lihat mendalam dari proses penciptaan, konsep medium, format, serta tujuan dari karya ini, mulai dari karya yang paling senior F.X. Harsono, misalnya, sampai yang paling muda, Zico Albaiquni," uja Tisna Sanjaya panjang lebar dalam sambutannya di rumah Duta besar Indonesia untuk Australia, Yohanes Kristiarto S Legowo, di Canberra, Kamis (19/6/2019) malam.
![]() |
Dia pun melanjutkan karya-karya yang ditampilkan bukan hanya ekspresi personal saja. Tapi lahir dari proses hubungan dengan beragam komunitas, lingkungan, ruang-ruang seni dan tidak muncul begitu saja.
"Tujuannya juga bukan hanya untuk 'art' saja. Jadi seni yang tampil di National Gallery ot Australia ini baik dalam galeri dalam medan seni kontemporer yang merevitalisasi tradisi jadi kearifan-kearifan lokal itu lahir dari karya-karya yang tampil karena itu memang tujuan dari karya ini," ujar Tisna.
Sebelum pameran digelar akhir pekan ini, Duta besar Indonesia untuk Australia, Yohanes Kristiarto S Legowo, menyambut puluhan seniman Indonesia di rumah dinasnya di Canberra, Australia.
Dalam sambutannya, Dubes Kristiarto menyampaikan bagaimana pentingnya peran pameran seni ini untuk mempererat hubungan Indonesia dan Australia. Menurut Dubes Kristiarto, bukan kali ini saja National Gallery of Australia menggelar pameran karya seni Indonesia. Sebelumnya pada 2018 di tempat yang sama juga pernah ditampilkan pertunjukan wayang kulit.
(eny/nu2)