Padahal, menurut Garin, 'Kucumbu Tubuh Indahku' dan 'Bohemian Rhapsody' mengangkat isu yang sama. Kedua film berbicara soal maskulin dan feminin di dalam diri seseorang.
"Contohnya kayak Bohemian Rhapsody diterima, di Depok juga diputar. Bahkan dengan isu yang sama, 'Kucumbu Tubuh Indahku' dapat Cultural Diversity Award, dapat penghargaan dari Tempo dsb karena mampu menceritakan tema-tema film maskulin dan feminin di dalam ranah yang tidak stereotip," jelas Garin Nugroho dalam 'Blak-blakan detikcom', Rabu (1/5/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Misalnya tentang drug dan kehidupan bermewah-mewah. Malah justru ini menceritakan tentang masalah-masalah yang dekat dengan masyarakat kelas menengah bawah khususnya di Indonesia dan di Asia," lanjutnya.
Meski sama-sama mengangkat isu tentang maskulin dan feminin, film 'Kucumbu Tubuh Indahku' mendapat petisi dan pertentangan. Bahkan sejumlah pemerintah daerah memboikot penayangan film itu.
Garin pun menyebut hal itu sebagai ironi dan masyarakat berpikir munafik.
"Kita mencoba mencari sisi lain, tapi kita justru mendapat petisi. jadi memang kita selalu munafik. Bohemian Rhapsody boleh beredar di mana-mana tapi ini malah diboikot," ungkapnya.
(nkn/nkn)