Pameran Seni Kontemporer Wuzhen digelar yang kedua kalinya di provinsi Zhejiang, bagian timur China. Kawasan ini juga dikenal sebagai kota air.
Karya seniman lulusan Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta itu menggunakan simbol yang biasanya ada dalam karya-karyanya. Entang kerap membahas tentang seni dan kebijakan, sifat posesif, cinta, anarkisme dalam agama, dan isu-isu lainnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Di Indonesia pagar biasanya digunakan sebagai simbol untuk mencegah orang masuk tapi juga merujuk pada fungsi luar. Pagar juga bisa menjaga privasi dan digunakan sebagai perlindungan," tulis Cans Gallery dalam keterangan pers yang diterima, Selasa (9/4/2019).
Entang membawa simbol 'pagar' dalam banyak konteks masyarakat. Namun bagi Entang 'pagar' dianggap sebagai perbatasan.
"Simbol pagar juga tanggapan saya terhadap aktivitas radikal penghancuran, penyensoran, dan larangan pameran seni atau pertunjukan yang dilakukan oleh gerakan kelompok radikal tertentu," kata Entang.
Di pameran seni kontemporer Wuzhen, Entang memajang karyanya bersama 45 seniman dari 21 negara lainnya. Karya-karya para seniman berada di area ruang publik, pabrik sutra, area lumbung, dan desa-desa.