Tokoh penulis yang dikenal Raja Pujangga Baru hidup di era sebelum kemerdekaan Indonesia dan masih jayanya kerajaan-kerajaan yang ada. Karakter yang dilakoni berdasarkan kisah nyata itu membutuhkan riset yang mendalam.
"Ini tokoh yang ada dan saya riset membaca beberapa buku. Salah satunya yang biografi Amir Hamzah yang ditulis Nh Dini, itu yang paling lengkap," ujar Lukman Sardi saat syukuran 'Nyanyi Sunyi Revolusi' di kantor Titimangsa Foundation, Jalan Jati Padang V, kawasan Jakarta Selatan, Kamis (13/12).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak hanya buku itu saja, namun Lukman juga membaca literatur lainnya. Serta buku-buku kumpulan puisi yang ditulis oleh Amir Hamzah.
"Sebenarnya seperti apa sosok dia, secara personal, atau hal-hal yang dia lakukan. Baik hal kepenyairan atau gerakan kebangsaan itu yang saya cari tahu," lanjut Lukman.
Setelah membaca kehidupan Amir Hamzah, Lukman pun merasa hidup sang pujangga yang tragis padahal jasanya begitu besar bagi bangsa Indonesia.
"Di masa itu memang ada gap antara kaum bangsawan dan rakyat jelata. Amir lahir dari kaum bangsawan, tapi tidak berprilaku seperti kaum bangsawan. Kegelisahan hidupnya sangat banyak, apalagi buat Hindia Belanda saat itu," pungkasnya.
(tia/ken)