Bertempat di Kroma, Jalan Panglima Polim V, Jakarta suasana perayaan kecil-kecilan terlihat di bagian dalam kafe. Dari pintu depan, ada pameran mini memorabilia perjalanan Famega Syavira Putri berkeliling lewat jalur darat dari Indonesia ke Rusia lalu menjelajahi belahan benua Eropa sampai ke Afrika.
Di setiap sudut Kroma, instalasi seni yang menampilkan kutipan-kutipan para penulis yang karyanya terbit di Kroma turut dihadirkan. Ada 'Kami mendengar pelbagai pesawat yang terbang' (serial Biru, Rain Chudori), ada juga kutipan dari 'Serayu Malam' karya Muhamad Wahyudi, dan 'Suara Murai' karya penyair asal Minang Andre Septiawan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Di pojok lainnya ada buku-buku yang sudah diterbitkan Comma Books. Serta workshop intim yang diminati para pembaca seperti workshop bertajuk 'Kisah Kota', 'Family Narratives', 'Words in Motion', dan 'Crafting Womanhood'.
"Kami baru berdiri di tahun 2017 dsan kami sangat beruntung bahwa ada buku-buku kami yang bestseller. Buku Raka Ibrahim 'Bagaimana Tuhan Menciptakan Cahaya' juga terpilih menang national LiTRi Grand untuk dibawa ke London Book Fair 2019 nanti," ujar pendiri sekaligus kurator Comma Books Rain Chudori saat berbincang dengan detikHOT di Kroma, kawasan Panglima Polim, Jakarta Selatan, Minggu (9/12).
Comma Books yang merupakan inisiatif penerbit di bawah naungan Kepustakaan Populer Gramedia (KPG) merilis fiksi, nonfiksi, dan karya-karya penulis muda. Editor senior KPG yang juga supervisor Comma Books Christina M. Udiani menuturkan inisiatif ini hadir di industri penerbitkan bukan tanpa adanya tujuan.
![]() |
"Tentunya ada tujuan, keinginan, atau harapan yang ingin dicapai. Saya ingat ketika Rain datang bertemu saya, ibarat seorang anak kecil bertemu ibu yang duduk dan sudah berusia senja. Terkantuk-kantuk sedikit dan Rain mengajak bermain, main scrabble dan kata-kata," tutur Christina mengenang kembali momen tersebut.
Kondisi setahun lalu yang dikenang Christina dianggap sebagai situasi penerbitan yang tak lagi kemilau seperti 10 tahun lalu. "Kemudian saya ingat lagi, apa sih sebenarnya yang ingin dicapai oleh Rain saat itu. Dia punya harapan, saya yakin kita semua menyukai dan mencintai kekuatan kata-kata," lanjutnya.
Dengan bersemangat, ia kembali menambahkan, "Dia bilang, saya ingin membuat penerbitan yang bisa diakses orang banyak tapi ada sesuatu pesan yang baik. Salah satu kuncinya adalah visual. Dia memulai dari teman-teman terdekatnya."
![]() |
Usianya memang baru satu tahun. Comma Books pun tak luput dari jatuh, sakit, terluka, maupun mulus-mulus saja. Christina pun kembali memuji pekerjaan Rain, Aditya Putra yang juga pendiri dan art director serta tim lainnya.
"Penulis-penulis Comma, ada dari Pariaman, Wahyudi dari Cilacap, Agung dari Belitung, jadi cukup tersebar, sudah mengumpulkan sekian banyak penulis," ujar Christina.
![]() |
Perayaan intim, doa, dan kelanjutan dari Comma Books tak berhenti sampai di situ saja. Pada 2019 mendatang, Comma Books sudah menyiapkan berbagai macam project. Termasuk rencana selama 6 bulan bakal menerbitkan 8-12 buku dan graphic novel.
"Kami sedang sibuk dengan penerbitan penulis emerging dan graphic novel yang disiapkan. Fokus tahun depan ke ranah yang lebih visual," timpal Rain Chudori yang juga penulis 'Monsoon Tiger and Other Stories'.
(tia/doc)