Dikuratori oleh Evelyn Huang dan Stella Katherine, kali ini Exi(s)t menggaet Alexandra Karyn, Aziz Amri, Ella Wijt, Rummana Yamanie, Semburat, Sherchle, Tandika Cendrawan, dan Yovista Ahtajida.
Para seniman menjalankan proses kuratorial selama 5 bulan untuk merampungkan ide dalam karya mereka. "Tema besar untuk Exi(s)t kali ini adalah mengulik aspek kesejarahan dalam interpretasi artistik seluas-luasnya," tutur Evelyn Huang dalam keterangan pers yang diterima detikHOT.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Para seniman muda merespons peristiwa sejarah yang epik, mitos, tradisi lisan, narasi personal, sampai politisasi sejarah. Menurut Evelyn Huang, pameran ini berusaha menangkap dan menampilkan sejarah melalui kacamata anak muda.
"Di tahap awal, tim kuratorial memberikan esai singkat mengenai sejarah alternatif sebagai pemantik eksplorasi yang akan dilakukan para seniman tentang minat dan ideologi mereka," katanya.
Seniman Alexandra Karyn menampilkan karya dari jargon 'sejarah adalah sekarang' yang diambil dari bingkai media koran. Aziz Amri menampilkan performans yang merefleksikan relasi antar manusia sebagai obyek dengan penonton.
Sedangkan Ella Wijt menghadirkan jagat paralel berdasarkan sejarah lisan dan temuannya di situs yang personal. Lalu ada Rummana Yamanie yang mengolah sosok perempuan dalam performans. Semburat pun menggunakan strategi visual yang dipakai grup Stamboel di masa lampau.
Scherchle pun tertarik pada zaman keemasan kerajaan lewat rangkaian karya ilustrasi, ada juga Tandika Cendrawan yang menelusuri memori kolektif marga Tionghoa, dan Yovista Ahtajida yang mengkritisi komodifikasi agama lewat karya seni instalasi.
Pameran Exi(st) #7 berlangsung pada 56 Desember 2018 hingga 13 Januari 2019 mendatang.
Baca juga: Sandy Lee, Si Paper Engineer Asal Bandung |