Ia dianugerahi lencana Chevalier des Arts et des Lettres (Knight of the Order of the Arts and Letters). Penghargaan ini diberikan kepada tokoh-tokoh Indonesia yang memiliki dedikasi pada dunia seni.
"Penghargaan diberikan mengingat peran Beliau dalam memajukan budaya seni tari di Indonesia pada umumnya, dan sebagai salah satu pendiri Indonesian Dance Festival dari awal sampai sekarang, juga perannya dalam menjalin kerjasama budaya antara Indonesia dan Prancis khususnya," ujar Dubes Prancis dalam keterangan pers yang diterima detikHOT, Selasa (13/11/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lencana diberikan bertepatan dengan penutupan perhelatan dua tahunan Indonesia Dance Festival (IDF) yang diprakarsai oleh Maria Darmaningsing, Nungki Kusumastuti, Melina Surjadewi, Sal Murgiyanto, Dedy Luthan, dan Tom Ibnur pada 1992. IDF juga telah menerima penghargaan MURI sebagai 'Festival Tari Terlama di Indonesia' pada 2010.
![]() |
Sebagai seorang penari, Maria Darmaningsih mulai meniti karier di tahun 1980-an. Ia telah tampil dan mengajar di berbagai pagelaran tari mancanegara. Di antaranya Biennale de Danse di Lyon pada 2010 di Prancis.
Dia pun sukses menciptakan berbagai koreografi yakni Langen Kusuma Warasthra (Yogyakarta, 1979), Manglung Sekar (Yogyakarta, 1980), Sri Tanjung (Bandung, 1982), Tarian Anak-anak (Makassar, 1983), Bedaya Dewabrata (Jakarta,1987), Manggon (1995), Ruwatan (Belanda, 1996), Celebration of Life (Jakarta, 1998), The Lotus Blossom II (Kanada, 2000), The Circle of Life (Kanada, 2000), Beginning and End (Kanada, 2001), The Lotus Blossom II (Kanada, 2001), Love and Life (Kanada, 2002), dan The Lotus Blossom III, (Kanada, 2002).
Sebelumnya tokoh Indonesia yang mendapat penghargaan di antaranya adalah Anggun (2005), Christine Hakim (1991), Adjie Damais (2015), Garin Nugroho (2016) dan Sunaryo (2017).
(tia/dal)