'Bohemian Rhapsody' Kegelisahan Freddie di Balik Performa Legendarisnya

'Bohemian Rhapsody' Kegelisahan Freddie di Balik Performa Legendarisnya

Ollivia Pratiwi - detikHot
Rabu, 31 Okt 2018 09:40 WIB
Foto: Dok. Twentieth Century Fox Film Corporation
Jakarta -

'Bohemian Rhapsody' merupakan proyek film yang telah lama direncanakan. Film tersebut pertama kali di dibicarakan pada awal tahun 2013 lalu. Sascha Baron Cohen disorot akan memerankan karakter ikonik Freddie Mercury. Namun, pada akhirnya, Cohen memutuskan keluar karena masalah perbedaan pendapat.

Bersama sutradara Bryan Singer dan Rami Malek sebagai Freddie Mercury, 'Bohemian Rhapsody' berhasil melalui semua halangan produksi dan siap menghibur penggemar.

'Bohemian Rhapshody' menyoroti perjuangan serta kegelisahan Freddie, sebagai imigran minoritas dan homoseksual di balik gemilang performanya diatas panggung. Film tersebut dimulai dengan kisah seorang remaja imigran yang berusaha masuk ke lingkungan mayoritas. Freddie yang saat itu bernama Farrokh Bulsara telah tahu apa yang harus ia lakukan dalam hidupnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Freddie mengikuti sebuah band bernama Smile, di mana dua anggota asli Queen mengawali karirnya. Pada sebuah kebetulan, ketika vokalis utama Smile mengundurkan diri, Freddie mengajukan diri untuk menggantikan posisi tersebut.


Gayanya yang nyentrik dan penuh ide gila, berhasil membawa Queen menerobos stereotipe band-band pada umumnya. Mereka berbakat, berpendirian dan sulit dipengaruhi. Ketika ide gila Freddie untuk menjual mobil demi rekaman album pertama mereka, seorang agen dari label perusahaan musik tertarik untuk mengorbitkan mereka. Perjalanan penuh rasa frustasi dibalik performa unik Freddie pun dimulai.

'Bohemian Rhapsody' tidak hanya berkisah tentang musik Queen, melainkan interpretasi musik tersebut dalam setiap babak hidup Freddie. Sosok Freddie yang tidak terbuka dan enggan membicarakan isi hatinya, membawanya jatuh ke lubang hitam. Rasa frustasi tersebut dikupas melalui lirik-lirik lagu yang ia nyanyikan.

Mulai dari perjuangan Freddie melepas jati dirinya, kisah cintanya yang rumit dan konflik keluarga yang tidak suka dengan gaya hidupnya. Semua itu dipadukan dengan bayang-bayang publik yang kritis dan penuh rasa ingin tahu.



Meskipun begitu, performa Rami Malek sebagai Freddie nampaknya agak berlebihan. Namun, ketika ia memotong rambut mulletnya, sosok Freddie mulai keluar dan adegan legendaris penampilan Queen dalam Live-Aid terwujud dengan maksimal, membuat penggemar ingin memundurkan waktu dan menjadi bagian dari penampilan legendaris tersebut.

Penggambaran John Deacon, Brian May, dan Roger Taylor justru lebih memukau. Pemilihan casting yang tepat untuk Joseph Mazzello, Gwilym Lee dan Mike Myers. Mereka telihat seperti doppleganger John, Brian dan Roger.

Karakter Mary Austin, teman sepanjang hidup Freddie sangat mencuri perhatian. Penerimaanya dan sikap terbukanya terhadap Freddie memberi pelajaran bahwa cinta sejati itu ada. Film ini sudah tayang di bioskop.

(doc/doc)

Hide Ads