Di ajang Ubud Writers and Readers Festival (UWRF) 2018, Fatima Bhutto pun hadir sebagai salah satu pembicara. Ia mengisi beberapa sesi, salah satunya mengenai novel kedua yang berjudul 'The Runaways' yang segera terbit.
Fatima Bhutto lahir di Kabul, Afghanistan dan tumbuh besar di Syria dan Pakistan. Ia telah menulis 5 buku sampai saat ini dan vokal terhadap beragam isu, termasuk keseteraan gender di bidang pendidikan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ada banyak perempuan yang berhasil tumbuh di tengah keluarga politikus, tapi di waktu yang bersamaan kamu harus punya pendirian terhadap gagasan berpolitik," tutur Fatima Bhutto di ajang UWRF akhir pekan lalu saat mempromosikan novel 'The Runaways'.
'The Runaways' menceritakan beberapa kehidupan dalam sebuah cerita. Narasi yang dihadirkan Fatima Bhutto bukan memulai satu karakter tunggal, ada banyak tokoh yang dituliskannya.
"Ada banyak kisah yang seakan terlupakan. Saya bekerja untuk novel 'The Runaways' selama hampir setahun dan bukunya seperti belum selesai ditulis," ujarnya tentang 'The Runaways'.
Novel pertama Fatima Bhutto 'The Shadow of the Crescent Moon' masuk dalam daftar panjang 2014 Women's Prize. Serta memenangkan Prix de la Romanciere di Perancis di tahun yang sama.
Di novel 'The Runaways', Fatima Bhutto menceritakan latar antara Pakistan, Inggris, dan Timur Tengah. Diceritakan lewat kacamata tiga orang yang meninggalkan rumah mereka di Inggris dan Pakistan dan bergabung di pemberontak di Irak.
"Menulis novel ini adalah perjalanan panjang saya. 'The Runaways' adalah tentang orang-orang muda yang berjuang dan bertahan hidup di dunia yang terbakar. Menulis novel yang merupakan perjalanan panjang penuh dengan politik dan kecemasa. Ini cerita yang sangat dekat dengan hatiku," pungkasnya.
(tia/srs)