"Naskah sampai draf sembilan. eh, draf sembilan B, jadi ada 10. Tadinya ada sembilan, cuma setelah sampai di Belitung kita harus melihat situasi. karena kondisi di Belitung sudah berubah dari tahun 1976," kata sang sutradara, Putrama Tuta di XXI Metropole, Cikini, Jakarta Pusat, Kamis (6/9/2018) malam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Skrip iya, saya sendiri pas pertama projek ini datang ke saya. Saya bilang ini film kalau nggak ada support dari Ahok. Jadi pada saat ada support dari bapak, saya mau. Pas pertama dapat projeknya yang saya katakan pertama adalah 'gila, gimana ini orang bisa ada?' Sosok seperti Pak Ahok itu nggak bisa muncul lima tahun sekali, bisa 20 tahun lebih. Makanya saya pengin gimana caranya masih ada orang yang punya social impact segitu besar," ungkapnya.
Begitu juga ketika dirinya menjelaskan film 'A Man Called Ahok' itu menceritakan tentang kisah bagaimana orang tua mendidik anaknya, Ahok pun langsung setuju. Di Belitung, sosok Ahok sudah sangat dikenal di tanah kelahirannya.
"Pak Ahok sendiri begitu tahu temanya parenting. Karena Pak Ahok sosok yang terkenal di sana, jadi mendapatkan informasi tentang dia nggak sesulit itu dan hampir sama semua karena hanya ada satu Ahok di Belitung," lanjut Putrama.
Baca juga: Kata Cinta Anak Pertama Ahok untuk Sang Ayah |
Melihat kehdiupannya dengan sang ayah, Kim Nam diangkat ke layar lebar, Ahok pun memberikan pesan khusus dan tegas. Saat pembuatan film, Putrama Tuta pun sempat mengunjungi Ahok di Mako Brimob.
"Dia bilang minta ceritain tentang apa adanya karena memang nggak ada yang disembunyiin. Tapi kita nggak nyentuh soal sisi politik dia," jelasnya.
"Satu pesan dari Ahok 'Jangan Bohong!' pesan dia itu. Kalau kamu menceritakan tentang Ahok yang ceritakan tentang parenting. Saya tidak membuat cerita yang tidak ada," tegas sang sutradara menirukan saat Ahok menitipkan pesan.
Tonton juga 'Perankan Sosok Ahok, Daniel Mananta Punya Beban Tersendiri':
(pus/wes)