Larut dalam Kisah Puno dan Tala di Karya Papermoon Puppet Theatre

Larut dalam Kisah Puno dan Tala di Karya Papermoon Puppet Theatre

Tia Agnes - detikHot
Senin, 27 Agu 2018 18:03 WIB
Larut dalam Kisah Puno dan Tala di Karya Papermoon Puppet Theatre Foto: Papermoon Puppet Theatre
Jakarta - Tala memegang kapal kertas berwarna kuning yang didapatkan dari Papa Puno. Raut wajah yang sedih dan duka yang mendalam dirasakan Tala atas kehilangan yang dialami. Awan merah memayungi rasa kesedihan Tala dalam pertunjukan 'Puno Letters to the Sky'.

Selama 50 menit, penonton yang sebagian besar baru menonton perdana Papermoon Puppet Theatre seperti terbius. Mata mereka sembab, terdengar ada isakan dalam selipan adegan. Beberapa penonton memeluk teman di sampingnya, anak kecil yang menonton merasa kasihan terhadap Tala.

Pekan lalu, suasana Edwin's Gallery memang tampak berbeda dari biasanya. Galeri seni yang berada di pusat Kemang itu diubah tim Papermoon Puppet Theatre menjadi sebuah gedung teater mini. Tak ayal, dibuat kursi bertingkat untuk kapasitas sebanyak 100 orang setiap kali pertunjukan berlangsung.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT



Peristiwa kehilangan dan kematian diceritakan dengan indah oleh Papermoon Puppet Theatre. Tak ada raungan tangisan, teriakan dialog dalam adegan, maupun rasa emosional yang tak terkira. Dengan minim dialog pula, Papemoon Puppet Theatre seakan menyampaikan ribuan kata.

Larut dalam Kisah Puno dan Tala di Karya Papermoon Puppet TheatreLarut dalam Kisah Puno dan Tala di Karya Papermoon Puppet Theatre Foto: Papermoon Puppet Theatre


"Kami tidak ingin kematian menjadi cerita mengerikan. Menurut kepercayaan di orang Jawa setiap orang yang yang mau meninggal ada yang menjemput, apapun bentuknya dan kami menamai bentuk itu sebagai awan merah atau red cloud," ujar sutradara pertunjukan Maria Tri Sulistyani ketika mengobrol dengan detikHOT di Edwin's Gallery, akhir pekan lalu.

Karya pertunjukan 'Puno Letters to the Sky' awalnya dari 'Surat ke Langit' yang pentas di Komunitas Salihara pada 2014 lalu. Cerita mengenai rasa kehilangan dan kematian diakui perempuan yang akrab disapa Ria itu sangat penting untuk dibagi.



"Dari 2014 ke 2018, kami melihat perjalanan empat tahun itu sudah banyak yang berubah. Apalagi dari perjalanan artistik Papermoon Puppet Theatre. Sudut pandang juga berubah, sekarang kita fokus pada relasi orang tua dan anak," tutur Ria.

Larut dalam Kisah Puno dan Tala di Karya Papermoon Puppet TheatreLarut dalam Kisah Puno dan Tala di Karya Papermoon Puppet Theatre Foto: Papermoon Puppet Theatre


Ketika ada rasa kehilangan dari satu keluarga, entah lainnya masih lengkap, menurut Ria, tetap saja akan merasa sendiri. "Kamu bisa tiba-tiba merasa sendirian, maka relasi antar kedua orang tua dan anak ini yang coba kami potret," katanya.

Sukses dengan pertunjukan di Jakarta, Papermoon Puppet Theatre membawa cerita Tala dan Puno ke IFI Bandung pada 30 Agustus sampai 2 September 2018 mendatang.

(tia/tia)

Hide Ads