Buku 'Underground: The Tokyo Gas Attack and the Japanese Psyche' menceritakan hasil wawancara Haruki terhadap para korban dampak serangan gas sarin Aum Shinkriyo pada 1995 di kereta bawah tanah Tokyo. Buku terjemahan bahasa Inggris-nya pun pernah dikritik habis-habisan.
Lewat sebuah esai yang diterbitkan oleh Mainichi Shimbun pada Minggu (29/8) lalu, Murakami menentang hukuman mati.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sebagai argumen umum, saya mengadopsi sikap oposisi terhadap hukuman mati," tuturnya dilansir dari Guardian, Rabu (1/8/2018).
Murakami mewawancarai para korban serangan selama setahun lalu menerbitkannya di tahun 1997. Peristiwa mengenaskan di Jepang itu menewaskan 13 orang dan menyebabkan lebih dari 6 ribu orang sakit.
"Saya tidak menyatakan secara terbuka mengenai peristiwa tersebut dan bagaimana novel saya pada akhirnya memicu kontroversi lagi. Sejauh ini saya tetap menentang hukuman mati," tutur Murakami.
Menuliskan novel 'Underground', Murakami merasa ada sesuatu dalam dirinya yang berubah. Ia pun kerap mengikuti pemberitaan mengenai 13 terpidana mati yang telah dieksekusi.
"Saya juga merasakan keberadaan itu di dada saya. Keheningan terberat yang menentang kata-kata dalam diriku. Kematian mereka adalah muncul di ruang eksekusi," pungkasnya.