Di antara kabar penyensoran buku tersebut, banyak pihak yang menganggap keputusan pengadilan Hong Kong sarat nilai politik. Sejumlah aktivis Hong Kong menduga itu adalah upaya lain pemerintah untuk mengekang kebebasan berekspresi di bekas jajahan Inggris.
Dilansir dari DW, Jumat (27/7/2018), Murakami diketahui adalah salah satu dari tokoh masyarakat yang secara terbuku mendukung Gerakan Payung 2014. Kampanye tersebut bertujuan untuk mendukung otonomi Hong Kong agar terlepas dari pemerintah pusat di Beijing.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat itu, banyak media internasional yang menyoroti Gerakan Payung 2014 termasuk keikutsertaan Murakami. Kini lebih dari 2100 orang menandatangani petisi yang juga didukung oleh 21 kelompok aktivis.
"Jika ini diatur untuk menjadi kasus preseden, Hong Kong akan menjadi daerah China yang paling konservatif," tulis South China Morning Post.