Novel Haruki Murakami Disensor, Dosen Sastra Kritik Otoritas Hong Kong

Novel Haruki Murakami Disensor, Dosen Sastra Kritik Otoritas Hong Kong

Tia Agnes - detikHot
Jumat, 27 Jul 2018 09:57 WIB
Novel Haruki Murakami Disensor, Dosen Sastra Kritik Otoritas Hong Kong Foto: Istimewa
Jakarta - Pemberitaan mengenai novel Haruki Murakami yang disensor oleh otoritas Hong Kong, banyak pihak yang menolak keputusan tersebut. Seorang dosen sekaligus kritikus sastra di Hong Kong mengatakan keputusan pengadilan itu tanpa alasan yang jelas.

"Dalam buku ini seks digambarkan untuk tujuan yang valid, seperti untuk mencerminkan perubahan emosi karakter utama," ujar Lee Hoi-lam seorang kritikus sastra modern, seperti dilansir dari berbagai sumber, Jumat (27/7/2018).

Novel 'Killing Commandatero' awalnya terbit di Jepang pada Februari 2017. Menurut Lee Hoi-lam, novel tersebut bukan untuk membangkitkan hasrat seksual.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT



"Tujuan utamanya bukan itu, bukan untuk membangkitkan kesenangan seksual di kalangan pembaca," ujar profesor yang juga membaca semua karya-karya Murakami.

Buku-buku Haruki Murakami adalah buku terlaris di Jepang dan internasional. Karyanya telah diterjemahkan ke dalam 50 bahasa dan menjadi hits di seluruh dunia.

Lantaran buku Murakami disensor, pihak PEN Hong Kong juga menolak keputusan otoritas Hong Kong.

"Setiap warga negara Hong Kong harus sama-sama marah terhadap sensor terang-terangan ini. Kami berharap masyarakat sipil Hong Kong akan terus waspada untuk memastikan insiden yang terisolasi ini tidak berubah polanya," ujar Jason Y Ng.

(tia/tia)

Hide Ads