Kegemaran mengoleksi sudah dilakoni pria kelahiran Cilacap itu sejak 20 tahun yang lalu. Mulai dari sketsa karya Ki Hadjar Dewantara hingga sketsa Soedibio.
Menurut Nasirun bagi sebagian orang khususnya kolektor, sketsa bukanlah barang utama ketika dikoleksi. "Kesannya ada kasta tertentu. Sketsa, cat air, lalu mengoleksi orang cat minyak," jelas Nasirun ketika berbincang dengan detikHOT di kediamannya di Bayeman, Jalan Wates, Yogyakarta, belum lama ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Menelusuri 'Harta Karun' Pelukis Nasirun |
Sketsa pun kerap dianggap sebagai sesuatu hal yang mendasar. Atau elemen yang harus ada sebelum memulai aktivitas melukis.
"Tapi saya merasa ada satu generasi yang muncul trus ada artefak. Jangan sampai karya mereka dilupakan. Saya berjuang untuk mengoleksinya," lanjutnya lagi.
![]() |
Selian koleksi Nasirun yang berada di museum, ia masih menyimpan ratusan karya lainnya di gudang. Surat-surat dan foto-foto asli Soekarno juga disimpannya dengan rapi.
Termasuk sketsa lukisan 'Penangkapan Pangeran Diponegoro' yang diberikan oleh ahli Raden Saleh bernama Werner Krauss. Nasirun tidak tahu alasan Werner memberikannya sketsa tersebut.
![]() |
Sketsa yang belum di-frame cantik itu masih tersimpan di bagian tengah rumahnya. "Abis ada pameran Raden Saleh itu, dia bilang ingin memberikan sesuatu tapi setelah saya terima penting sekali karya ini yah. Saya juga bingung dan tidak tahu kenapa dikasih sketsa Raden Saleh ini," pungkasnya.
Nasirun menegaskan siapapun yang menyambangi areal museum Nasirun bisa datang kapapun sesuai dengan janji dan jadwal yang ditetapkan pihak Nasirun.
(tia/dal)