Sosok Pram di pameran kali ini tak hanya mengungkapkan kiprahnya sebagai seorang penulis dan sastrawan besar saja. Tapi juga sebagai pencatat atau dokumentator terbaik.
"Saya bertemu Pram di tahun 2004 dan bolpoin saat saya bertemu dengannya ternyata masih ada disimpan di rumahnya. Yang saya pahami ketika proses menyiapkan pameran ini adalah Pram seorang dokumentator terbaik yang dimiliki oleh Indonesia," ujar Pendiri Titimangsa Foundation Happy Salma saat jumpa pers di Galeri Indonesia Kaya, Jakarta Pusat, Selasa (17/4/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
"Pram itu seperti kita melihat Indonesia dan mungkin akan mengubah cara pandang kita sendiri. Ternyata masih ada sisi lain Pram yang mungkin tidak kita ketahui yaitu Pram itu seorang pencatat," kata Engel.
Danny Wicaksono sebagai penata pameran juga menuturkan hal yang sama. Bersama dengan Engel, sejak 2016 proses persiapan pameran 'Namaku Pram' ini dilakukan.
"Di sini Pram bukan hanya sebagai penulis seperti yang pertama kali saya tahu. Di sini Pram yang berbeda dan setelah dikeluarkan catatan-catatan Pram dari pihak keluarga, wah masyarakat harus tahu sisi lain dari Pram," tambah Danny.
![]() |
Pramoedya Ananta Toer adalah satu-satunya penulis Indonesia yang berkali-kali masuk kandidat Nobel Sastra. Buku-bukunya pun telah diterjemahkan ke dalam 42 bahasa termasuk bahasa Spanyol pedalaman dan bahasa Urdu.
Pihak keluarga yang diwakili oleh putri Pram, Astuti Ananta Toer, menyambut baik pameran ini. "Awalnya saya curiga dengan tim Mba Engel tapi setelah sempat saya tes oh bagus timnya. Ini baru pertama kalinya ada pameran Pram yang sebagus ini di Indonesia," kata Astuti.
Pameran 'Namaku Pram' memuat berbagai catatan Pram, arsip, cover buku, foto-foto, kutipan, termasuk dua ensiklopedia yang disusun Pram dan belum selesai sampai sekarang. Eksibisi berlangsung di dua tempat, di Galeri Indonesia Kaya dan Dia.Lo.Gue Artspace Kemang.
[Gambas:Video 20detik] (tia/mah)