Buku Puisi 'Tanda bagi Tanya' Ajak Pembaca Bernostalgia hingga Berandai-andai

Buku Puisi 'Tanda bagi Tanya' Ajak Pembaca Bernostalgia hingga Berandai-andai

Tia Agnes - detikHot
Kamis, 15 Mar 2018 13:19 WIB
Buku Puisi 'Tanda bagi Tanya' Ajak Pembaca Bernostalgia hingga Berandai-andai Foto: Istimewa
Jakarta - Frischa Aswarini menerbitkan buku kumpulan puisi pertamanya yang berjudul 'Tanda bagi Tanya' pada Oktober 2017. Puisi-puisi yang ditulis oleh penulis asal Bali itu mengajak para pembaca untuk bernostalgia dan berandai-andai mengenai kehidupan objek yang ditemui dalam pengembaraan.

Lima bulan berselang setelah rilis, lewat program Musyawarah Buku yang diadakan Komunitas Salihara buku puisi 'Tanda bagi Tanya' pun dibedah oleh dua narasumber.

"Tiga puluh tiga puisi dalam buku kumpulan puisi menyajikan gelombang perasaan yang menjawab pertanyaan. Bagaimana jika rasa takut membawa kita untuk selalu bersembunyi di dalam memori-memori yang tak akan menyakiti," tutur Dymussaga Miraviori Asisten dosen program Pengkajian dan Penciptaan Seni Urban dan Industri Budaya Sekolah Pascasarjana Institut Kesenian Jakarta (IKJ) saat diskusi, Kamis (15/3/2018).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT



Dia pun membagi puisi-puisi Frischa dalam dua bagian yakni lingkungan familiar dan non-familiar. Isu yang kerap dituliskan Frischa di kategori pertama adalah nostalgia masa kecil dan masa lalu, kerinduan, kegelisahan, dan khawatir akan masa depan.

Buku Puisi 'Tanda bagi Tanya' Ajak Pembaca Bernostalgia hingga Berandai-andaiBuku Puisi 'Tanda bagi Tanya' Ajak Pembaca Bernostalgia hingga Berandai-andai Foto: Tia Agnes/ detikHOT


Di bagian kedua, dia menjelaskan kalau Frischa banyak berandai-andai mengenai kehidupan personal objek-objek yang ditemui ketika tengah dalam pengembaraan.

"Di puisinya saya melihat lingkungan non-familiar Frischa disiasati dengan lingkungan familiar. Ada ketakutan antara masa kini dan masa depan, yang dia merasa kondisi masa kecilnya adalah yang teraman," tutur perempuan yang akrab disapa Aga.



Bagi pecinta puisi, lanjut Aga, hal pertama yang menarik adalah kemampuan bahasa atau linguistik Frischa yang tidak diragukan lagi. "Puisi-puisinya berbunyi yang enak didengar," tukasnya.

Selain Aga, masih ada satu narasumber lainnya yang turut membeda buku puisi 'Tanda bagi Tanya'. Simak artikel berikutnya.

(tia/nu2)

Hide Ads